Setelah hamper lebih dari 3 bulan membaca
novel satu ini, awalnya mungkin agak membosankan, karena memang isinya lebih
focus pada kisah seorang anak kecil yang bernama Cecilia yang menderita sebuah
penyakit keras, sehingga ia harus menjalani pengobatan secara rutin. Kisahnya
dimulai saat ia melihat seorang malaikat kecil yang sedang duduk di jendela
kamarnya. Malaikat bermata safir biru itu bernama Ariel, seorang malaikat surge
yang dikirimkan Tuhan untuk menemani dan menghibur anak-anak.
“Nyenyakkah tidurmu?”, itulah pertanyaan
pertama yang dilontarkan malaikat Ariel padanya.
Awal yang sangat mengejutkan. Hari demi hari,
Ariel dan Cecilia semakin rutin untuk ngobrol bersama. Mereka memiliki
kesepakatan satu sama lain, bahwa sang malaikat akan memberitahunya tentang
surge, dan Cecilia akan memberitahukan pada Ariel bagaimana rasanya menjadi
seorang mahluk yang terbuat dari darah dan daging dan juga hidup di bumi.
Hingga keduanya pun sempat menghabiskan waktu bersama untuk bermain sky tengah
malam dan merasakan salju terkahir sebelum musim semi.
“Alam
semesta maupun surge adalah sebuah misteri akbar yang tak bisa dipahami oleh
manusia bumi ataupun malaikat di surge. Tapi, ada yang tak benar di alam
semesta ini. Ada cacat dalm keseluruhan rancangan agung ini.”
“Kita
melihat segala sesuatuu dalam cermin, samar-samar. Kadang-kadang, pandangan
kita bisa menembus kaca dan melihat sekilas apa yang ada di balik cermin. Jika
kita menggosok cermin itu sebersih-sebersihnya, maka kita akan melihat lebih
banyak lagi. Tapi kita takkan bisa lagi untuk melihat diri kita sendiri.”
“Semua
bintang suatu saat akan jatuh. Tapi, sebuah bintang hanyalah sepercik kecil
bunga api dari mercusuar agung di langit sana.”
Dalam hidup ini kita diajarkan untuk memahami
apa yang telah menjadi takdir kita sebagai manusia. Manusia tidak akan mampu
sepenuhnya menyadari dan mengerti bagaimana kehidupan yang sejati, karena pada
dasarnya semua mahluk di bumi ini hanya mampu melihat segalanya dari satu
bagian saja, dan itu pun samar. Segala hal yang diciptakan Tuhan memiliki
rahasianya maisng-masing yang tak mampu untuk dipahami manusia maupun para
mahluk surga sekalipun. Tuhan menciptakan manusia secara kontinyu, sampai pada
saatnya semesta ini berakhir, manusia datang dan pergi silih berganti.
“For
now we see through a glass, darkly, but then face to face. Now I know in part,
but then shall I know even as also I am known.” (Karena sekarang kita melihat
dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka
dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti
aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri telah dikenal). _1
Korintus 13:12
Akhirnya, setelah beberapa obrolannya dengan
malaikat Ariel, Cecilia mulai mampu untuk mengerti apa makna dari kehidupannya
yang sebenarnya. Dan ia mampu untuk memaknai segala hal yang terjadi padanya.
Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi hambaNya, karena Dia mengerti akan
apa yang dibutuhkan hambaNya, bukan apa yang diinginkan hambaNya tersebut.
Ciwaru, 11 September 2013
Chaura Al Haviny”
0 comments:
Post a Comment