Sunday, June 19, 2011

that voice...

Suara itu
Bagai bom yang berdentum di tengah padang
Menggetarkan isi bumi
Meluluh lantahkan segalanya  

Ku mohon sahabat,
Jangan lakukan itu untuk saat ini
Aku tak kuat tuk mendengarnya
Karen itu begitu membuatku sakit.

Please,
Ku mohon, 
Jangan lakukan, 
Aku tak kuat, 
Suaramu begitu mambuatku,
Tak kuat tuk mendengarnya
Hufftt!!!

Ditulis, pagi hari di bulan juni yang dingin. Saat sedang mencari inspirasi, terbuyarkan oleh suara teman yang melantunkan sebuah syair di atas sana. Namun saying, suaranya bukan malah membuatku menemukan inspirasi, malahn membuat telingaku sakit. Maafkan aku kawan, aku katakana semua ini agar kamu tahu, bahwa yang lain pun merasa terganggu dengan apa yang kau lakukan. Peace…

chacha
Saturday, June 18, 2011

agama menurut freud

Agama Menurut Sigmund Freud Freud menerapkan psikoanalisis dalam sastra, mitologi, pendidikan, dan agama. Dalam buku karyanya, the future of an illusion (1927), Freud menyatakan bahwa agama adalah “pemenuhan harapan”: harapan manusia yang tak berdaya untuk mendapatkan perlindungan didalam dunia asing. Untuk memperoleh keadilan di dalam masyarakat yang tidak adil, untuk hidup kekal dan mengetahui asal dan makna dunia. Ia percaya bahwa agama adalah “neurosis obsesional universal,” yang dasarnya, yang terletak pada “tabu” (“taboo” kata dasar Polinesia yang berarti hal yang dilarang). Pada dasarnya, upacara agama merupakan merupakan semacam tindakan neuritik, obsesif. Ada keinginan Oedipus untuk membunuh dan memangsa ayah. Oedipus adalah tokoh dalam mitologi Yunani, yang tanpa diketahuinya telah membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Freud yakin bahwa anak laki-laki pertama lekat pada ibunya dan melihat ayahnya sebagai saingan dalam memperoleh kasih ibu. Kemudian ia melukiskan “electra complex” untuk anak perempuan, tetapi ini tidak dikembangkan. Rasa takut dan cmemburu anak laki-laki terhadap ayahnya bercampur dengan rasa salah. Sebagai anak ia juga mempunyai rasa cinta terhadap ayahnya. Akibatnya, pengalaman awal seksual anak ditekan sampai remaja, sewaktu rasa itu muncul kembali karena perubahan fisik dalam tubuhnya. Maka bagi Freud, agama merupakan Oedipus complex-nya umat manusia. Ia percaya pada perkembangan sejarah yang melewati: • Animisme (memberi sifat religious kepada objek atau hewan) ke politeisme dan kemudian monoteisme. • Magis melalui agama ke sains. Berbagai macam agama, yang hanya merupakan bentuk-bentuk yang berkembang dari totemisme primitive, selalu menyajikan suatu ide tentang Allah, yang sebenarnya hanyalah ide sang ayah manusiawi. Dalam hari depan suatu ilusi, maka Freud menekankan dan menggeneralisasikan teori itu. Sang anak mencari perlindungan pada ayahnya. Orang dewasa, karena suatu perpanjangan infantile, menciptakan seorang ayah yang lebih kuat lagi dari pada manusia, demi untuk mengisi kekurangannya. Perasaan patuh dan iri hati anak terhadap ayah di berikan, pada usia dewasa, dengan peralihan, kepada totem. Apabila umat manusia telah mencapai kedewasaan psikologis, maka dengan sendirinya agama akan lenyap. Dalam ilmu ini, ada tiga dasar ilmu yaitu epistemology, ontologi dan aksiologi. a. Epistimologi Apakah agama itu? Menurut KBBI, agama itu adalah sebuah system kepercayaan kepada tuhan, dewa atau sebagainya. Dilhat dari sumber kajianya, agama ini adalah sebuah tuntunan dari tuhan agar kita bias bahagia di dunia dan akhirat. Kata agama ini berasal dari gabungan dua kata yakni “a” yang berarti tidak, dan “gama” yang berarti kacau. Jadi jika di satukan berarti tidak kacau, karena agama di sini selalu bertjuan untuk membawa umatnya menuju kebenaran. Sedangkan, menurut konsep freud di sini, agama adalah sebuah Oedipus kompleksnya seseorang, yang di sana adalah rasa takut seseorang sehingga mengharuskanya untuk berlindung pada satu hla atau benda yang di anggapnya mempunyai sesuatu yang lebih kuat dari diriny. Namun nantinya, jika ia telah mampu atau merasa kuat ia akan dengan sendirinya meninggalkan agama itu. Namun disini tunjuannya tetap sama, yaitu saat ia berlindung pada seseorang, hal atau benda yang mempunyai kekuatan labih besar dari dirinya, karena takut, di sana ia tetap bertujuan untuk mencari sebuah kebahagian dan ketenangan dalam hidupnya, hingga akhirnya ia beragama. Apakah yang menjadi dasar dan sumber dari agama? Dalam kehidupan umum seseorang, mereka semua beragama atas dasar kebutuhan mereka, karena di sana mereka mencari sebuah kebhagiaan yang dapat memuaskan kebutuhan nurani mereka. begitupun dalam konsep agama yang freud ungkapakan, ia beragama karena perasaan takut dan cemburunya pada ayah yang lebih kuat darinya, hingga ia harus meminta sebuah perlindungan dari ayahnya agar dirinya tetap bisa hidup di dunianya. Dan dalam agama, ayah itu di artikan sebagai tuhanya, yaitu suatu dzat yang lebih kuat dari diri kita yang bisa memberikan perlindungan pada kita. Jadi, pada akhirnya tetap sama, apa yang menjadi sumber dan dasar agama bagi setiap orang dan bagi freud adalah untuk mencari perlindungan pada satu dzat atau hal yang lebih kuat dari kita, agar kita bias hidup tenang di dunia dan akhirat. Apakah agama itu berasal dari pengamatan, pengalaman, atau akal budi? Dalam konsepnya ini, freud mengungkapkan bahwa ia mendapatkan sebuah keinginan beragama, karena setelah ia mengalami sendiri kehidupannya bersama keluarganya, ia menyaksikan bahwa ayahnya sebagai orang tua ternyata lebih kuat, hingga membuatnya khawatir bahwa ayahnya akan merebut perhatian ibunya darinya, karena saat itu ia merasa sebagai anak laki-laki, ia sanagt dekat dengan ibunya. Dari situlah ia mencoba untuk menutupi rasa cemburu dan bencinya pada ayahnya itu dengan cara berpura-pura berbakti pada ayahnya, karena saat itu ayahnyalah yang memegan kendai hidupnya, jadi dengan terpaka ia pun harus menurut pada ayahnya. Jadi di sini bahwa, agama itu di dapatkanya sendiri dari pengalaman pengalaman hidup yang di alaminya bersama keluaganya. Dan juga merupakan sebuah akal budi karena ia merasa sebagai anak, sehingga ia harus menghormati ayahnya sebagai orang tua, agar ia mendapat perlindungan. Apakah agama itu kebenaran yang pasti atau hanya sebuah dugaan? Dari konsepnya, dapat diketahui bahwa agama itu termasuk sebuah kebenaran yang pasti. Taerbukti dengan saat ia berpura-pura untuk mencintai dan mematuhi ayahnya, hidupnya terjamin dan baik-baik saja. Namun saat dirinya dewasa dan mampu melakukan segalanya sendiri, ia meninggalkan ayahnya itu dan meninggalakan kepatuhanya juga padanya. Begitupun agama, di sini saat kita beragama kita akan merasakan sebuah ketenangan hidup, karena kita mempunyai sebuah pelindung, yaitu tuhan. b. Ontology Isi dari landasan ontologism adalah objek apa yang sedang di telaah, dan bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut, hingga apa korelasi dari obbjek ini dengan daya tangkap manusia seperti berfikir, merasakan, melihat dan mendengarkan, sehingga bisa menghasilkan sebuah ilmu. Jadi, jika dari pembicaraan makalah ini, bahwasanya objek yang sedang di telaah adalah agama yang memang merupakan sebuah wujud rasa kepercayaan yang hakiki. Selain itu juga, agama di sini memang sanagt berkolerasi dengan manusia, karena di sini freud telah melakukan dan merasakan sendiri bagaimana agama itu, yang ia kaitkan dengan ketakutanya pada ayahnya. Dari sana juga menghasilkan sebuah ilmu yang kita tahu sekarang, seperti macam-macam teori psikoanalisis dari freud dan lain-lain. c. Aksiologis Landasan aksiologis di sini adalah bagaimana kegunaan dari agama itu bagi kehidupan manusia itu sendiri. Jadi, dari beberapa yang telah penulis coba uraikan, bahwasanya fungsi dari agama itu sendiri, yaitu untuk memberikan ketenangan pada manusia itu, karena dirinya telah merasa terlindugi oleh sesuatu yang di anggapnya lebih memiliki kekuatan lebh dari dirinya. Jadi, dari situ bahwa agama itu sebagai pelindung mereka, agar mereka bisa hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Pagi yang Istimewa
Tengah malam kami terbangun. Suara takbir bergema di sudut-sudut kota kembangi. Biarpun suhu udara dingin hingga membuat beku ulu hati kami, namun semua itu tak manghalangi niat hati kami pagi ini untuk melakukan satu ibadah sunnah yang hanya terjadi beberapa kali dalam tahun. Sholat gerhana. Ini memang bukan salah satu sholat yang istimewa, namun karena memang jarang terjadi, hingg membuatnya menjadi istimewa. Setelah sebelumny tidur telat karena menonton salah satu drama asia, pukul dua pagi aku sudah dibangunkan oleh teman kamarku, the ayu tepatnya. Aneh, aku yang biasanya sangat sulit untuk bangun pagi, tiba-tiba pagi ini dengan mudah bangun, mlahan lebih awal dari bisanya. Alhamdulillah. Aku bangun tepat pukul dua dini hari, setelah tidur setengah jam sebelumnya. Dengan melawan rasa dingin yang amat menusuk kalbu, kupaksakan diri tuk menyentuh segarnya air di pagi hari. Air bersih yang suci. Kubasuhkan air itu pada wajah dan anggota wuduku lainya. Amat segar, mengalahkan rasa dingin yang menusuk tulang. Setelah kurasa cukup, akupun kembli ke kamar. Teman-teman satu asramaku telah siap di depan aula untuk melaksanakan sholat sunnah kusuf ini. Aku pun segera bergegas untuk menyusul. Setelah berdandan sekenanya, saat sudah sampai aula yang tepatnya di depan kamarku, ternyata sholat [un telah di mulai. Aku bergabung. Sholat sunnah kusuf dengan dua rukuk pada setiap rakaatnya, sungguh sholat yang lain daripada yang lain. Istimewa. Ini memang salah satu sholat yang diberi keistimewaan oleh tuhan. Aku belum tahu apa makna dari keistimewaan tersebut. Mungkin inilah PR yang harus aku cari tahu jawabnya. Apa keistimewaan dari sholat sunnah gerhana ini, hingga membauatnya beda dari sholat yang lain, termasuk sholat yang diwajibkan seklipun. Namun itu tak perlu di bahas sekarang, cukup jadi PR untukku saja, kecuali jika kalian mau membantuku mencari jawabnya. Hehe… Sekarang kita lanjutkan ceritaku pagi hari ini. Pagi yang penuh dengan keistimewaan. Pagi yang amat berbeda dari biasanya. Setelah selesai melaksanakan sholat kusuf itu, akupun kembali ke kamar untuk melkasanakan sholat sunnah lainya, tahajud dan hajat tepatnya. Selesai melkasanakan ritual sholat sunnah-sunnah itu, kulanjutkan untuk membaca seikit ayat-ayat suci kalam ilahi yang amat mulia. Hatiku terasa damai saat itu. Entah kenapa, aku seperti merasakan sesuatu yang amat berbeda pagi ini. Terbesit satu perasaan bahagia yang menyelusup ke hati, seolah ini adalah hari aku akan bertemu dengan sesorang yang memang berarti untukku. Tapi entahlah, itu hanya perasaan biasa yang suka ku buat-buat untuk membahgiakan hatiku sendiri. Selsesai sedikit bertadarus, rasa kantuk yang belum ku penuhi mulai menyyerang. Namun aku tidak mau untuk melayaninya. Hinggakuputuskan untuk membuka notebookku, dan ahirnya terbesitlah satu tulisan, yang mungkin masih amat jauh dari kesempurnaan tentang rutinitasku pagi ini. Inilah tulisan itu. Aku menulisnya di pagi hari saat gerhana bulan muncul, tepat di arah sempurna. Tepat pada pukul tiga dini hari, kamis, tanggal 16 juni 2011. Namun aku tak berminat untuk melihatnya seperti temanku yang lain, aku lebih tertarik untuk menyelsaikan tulisan pagiku ini, samapi kelar. Dan akhirnya, dengan sedikit memaksa, karena memang mata ini sudah tak sabar untu di ajak terlelap, akhrnya kkuselesaikan juga tulisan pagiku hari ini. Dan cukuplah sampai disini tulisan pagi ini, moga hari esok bias di sambung lagi dengan satu kisah yang lebih menarik dan bermakna lagi. Amiinn… Akhirnya ku ucapkan, see you later dan ucapakan selamat pagi untuk dunia kita hari ini. Kita awali pagi ini denga senyum tulus dari hati tuk hiasi dunia. Smile…. Love you…  Chaura aL haviny
KARENA KAU SAHABATKU “Han, aku tidak bisa melakukan semua ini.”, kataku sendu. “Ra, siapa sih yang mau seperti Ini. Biarpun Hanna tidak bisa memberiku keturunan, tapi aku benar-benar mencintainya dengan sepenuh hatiku. Tak pernah terbesit sedikitpun di hatiku tuk berbagi cinta dengan orang lain selain dia. Biarpun itu denganmu, masa laluku.”, jawabnya. “Farhan, aku tidak mau menyakiti mas fahri.”, kataku lagi. “Maafkan sikap istriku ya ra.”, pintanya. “Aku juga meyayangi sahabatku.”, jawabku sambil menutup telepon tanpa salam. Aku hanya terdiam. Esok aku akan berbagi cinta dengan suami sahabatku, masa laluku dulu. Dan aku juga akan menyakiti seseorang yang telah lama ku tunggu dan ku cintai. Sahabat terbaiku yang telah lebih dulu menikah, tiga tahun yang lalu. Kini ia akan menjadi saudara, istri seniorku. Aku akan menjadi seorang istri muda dari suaminya. “ Ya Alloh, maafkanlah sikapku jika dalam keputusan yang aku ambil ini ada seseorang yang tersakiti.”, doaku dalam hati. “Ra, kamu sudah siap? Yuk kita keluar, bang han sudah siap.”, hanna mengangetkanku dari lamunan. “Eh! Hanna, iya sudah.”, jawabku sambil mengusap sisa-sisa air mata. “Ra, kenapa kamu menangis. Maafkan aku yah ra, aku harus memaksamu melakukan semua ini.” “Tidak apa-apa hanna, aku baik-baik saja ko. Asalkan kamu bahagia, aku pasti bahgia. Kita akan saling membantu jka diantara kita butuh bantuan. Kita khan sahabat selamanya.” “Ra, kamu memang sahabat terbaiku. Mas fahri pasti sangat bangga memilikimu. Tapi maaf sekarang kamu jadi milik kami berdua dulu yah. Makasih banget yah sayangku.”, katanya sambil memeluku erat. Tiba-tiba dering pribadi di hp-ku berbuyi. “Katamu kamu cinta kepadaku selamanya, katamu kamu rindu kepadaku selalu, tapi mengapa aku masih ragu. Katamuaku ini cinta terakhir kamu, katamu aku ini cinta dalam hidupmu, tapi mengapa aku masih ragu.” Aku sangat faham dering ini, dering khusus mas fahri. “Assalamu’alaikum mas.” “Wa’alaikumussalam, maaf ini dengan ibu Aira?”, jawab orang di sebrang sana. Bukan suara mas fahri. Aku mulai cemas, apa yang terjadi? “Iyah, ada apa yah? Apa yang terjadi dengan pemilik nomor ini?”, tanyaku cemas. “Ini dengan kantor polisi. Saudara Fahri Yusuf Akbar mengalami musibah, motornya tertabrak sebuah mobil. Sekarang jenazahnya sedang diotopsi di rumah sakit Hasan Sadikin.” Aku lemas, kupeluk sahabatku erat. Kenapa semua ini menimpaku ya Alloh. Apakah ini jawaban dari perkataan mas fahri tadi pagi, bahwa ia telah mengikhlaskanku, bahwa ia telah menitipkanku pada mas farhan, suami sahabatku. Mas fahri, terimakasih atas semuanya. Semoga aku bisa membantu orang lain dengan segenap kemampuanku. Bahagialah kau di sana.
Kelinci yang tahu! Suatu hari, seekor kelinci sedang bermain bersama dengan kedua temanya, kura-kura dan siput. Mereka sedang bercerita tentang kota-kota terkenal di Indonesia. Karena besok memang kebetulan aka nada pembelajaran tentang kota-kota besar di Indonesia dengan ibu kupu di sekolah, jadi mereka ceritanya belajar bareng “Kura, menurut kamu kota yang paling terkenal dan besar di Negara kita tuh apa?”, Tanya kelinci mengawali pembelajaran mereka. “Bandung.”, jawab kura yakin. “Kenapa?”, Tanya kelinci lagi. “Kenapa ajah boleh,Tanya ajah siput, kota apa yang paling dia suka.” “Owh yah siput, kamu pilih kota apa di Negara kita?” “Bandung.”, jawab siput singkat. “Lho, kenapa kalian berdua memilih bandung?”, kelinci mulai penasaran. “Karena, di bandung itu kalau musim hujan kita tidak bingung untuk mencari tempat tinggal.”, jawab mereka berdua. “Memangnya kenapa, bukanya di kota-kota lain juga kalian mudah buat nyari tempat tinggal?” “Karena, banyak banjir di mana-mana, jadi kami tidak perlu pusing-pusing cari sungai. Kalau kamu sendiri gimana?”, Tanya kura pada kelinci. “Kalau aku akan memilih jogja.” “Kenapa?”, jawab kura dan siput serentak. “Karena, dari jogja aku akan mengirimkan bantuan buat mereka, termasuk kalian berdua para korban banjir di bandung.”, jawab kelinci penuh keyakinan. Kura-kura dan siput pun hanya terangguk-angguk mendengar jawaban si kelinci.
Thursday, June 16, 2011

One Last Massage


Satu Pesan Terakhir
Suasana malam di kampung begitu indah dan damai. Di langit bintang dan bulan dengan bahagia menebarkan kemilaunya. Sungguh, indah sekali. Bunyi kirik jangkrik pun saling bersahutan. Terdengar merdu  di telinga. Tak tertinggal pula keramaian anak-anak di surau kecil pojok kampung itu. Sungguh damai terasa.
Sudah dua hari aku pulang kerumah untuk liburan pra UAS. Dua hari pula aku selalu pergi bersama teman-temanku. Mereka mengajaku ke acara karnaval di desa kami selama dua malam ini. Aku pulang sampai rumah paling cepat jam Sembilan. Seringkali ibu selalu menanyakan kabarku lewat pesan sigkat, namun aku tetap saja asyik dengan duniaku dan teman-temanku. Tak kuhiraukan bunyi sms di hapeku, yang sudah ku tebak pasti dari ibu. “mau pulang jam berapa?”, itulah satu pesan singkat dari ibu. ku jawab dengan sekenanya, “ ngga tahu nanti bu, gimana temen-temen ajah.”, balasku. Akupun kembali asyik dengan teman-temanku.
Pukul sepuluh malam, kulihat lampu ruang belakang masih menyala, itu pertanda masih ada yang belum tidur. Kuketuk pintu itu. Munculah wajah ibu dari balik pintu. Kulihat ia tersenyum, melihat anak gadisnya pulang. Senyum yang menyejukan hatiku, menghilangkan rasa takutku sebelumnya, kalu-kalu ibu akan marah karena kau pulang terlambat lagi. Akupun berjalan masuk  dan langsung menuju kamarku.
“sudah sholat ra?”, ibu kembali mengingatkanku.
“belum bu, iyah nanti rara istirhat sebentar.”, jawabku.
“sholat dulu ra, nanti gampang tinggal tidur.”, dengan sabar ibu menanggapi kemalasanku.
Akhirnya dengan malas dan rasa dongkol karena ibu yang selalu ngomel, akupun beranjak dari tempat tidur ke kamar mandi. Kubasuh wajahku, begitu segar.
Akupun melakasanakan satu kewajibanku malam ini. Dan ibu pun mulai tenang sekarang karena aku telah melaksanakan satu kewajiban yang tak boleh ditinggalkan sekalipun. Walaupun aku termasuk remaja yang suka ngelayab kemana-mana, namun untuk urusan satu ini aku usahakan untuk tidak pernah absen, kecuali jika memang aku punya halangan yang memang sangat urgent. Aku selalu berusaha untuk melaksanakanya, walaupun kadang sampai di akhir waktu. Satu pesan ibu yang takan kulupa selamanya. “tetap laksanaka sholat dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun.”
Selesai sholat isya, setelah merapikan semua anggota badan dan juga ranjang, akupun bergegas untuk tidur. Masih banyak schedule menumpuk untuk hari esok. Biarpun aku berencana untuk liburan seminggu ini, tapi dari perasaanku yang paling dalam aku paling ngga bisa buat ninggalin tugas-tugas aku. Biarpun memang dua hari ini aku selalu jalan keluar dengan teman-teman lamaku, tapi tetap di hatiku selalu terfikir tugas-tugas yang menumpuk itu.
Kupaksakan mataku untuk segera terlelap, namun begitu sulit terasa. Kulihat jam duduk di mejaku sudah menunjukan hampir tengah malam, pukul setengah dua belas. Mungkin Karenna terbiasa tidur malam di sana, jadi di kampung pun aku sulit untuk  terlelap lebih awal. Ku ambil satu buku hadiah doorpirize kemaren yang belum sempat ku baca, jadi ku bawa pulang, kali ajah aku sempat membacanya di rumah. Namun, baru beberapa lembar saja membaca, pikiranku ternyata sudah tidak konsen lagi. Semua  bacaan itu tak ada yang masuk ke otaku. Akhirnya akupun menyerah. Kubiarkan pikiranku melayang kemanapun mereka mau. Aku terdiam, entah memikirkan apa. Tiba-tiba aku teringat akan bintang, satu benda langit kesukaanku. Aku ingat jika tengah malam bintang yang berkilauan semakin banyak dan sanagt indah. Akhirnya akupun berinisiatif untuk membuka jendela kamarku, guna melihat bintang itu. Dan ternyata benar saja, saat kubuka jendela, dan kupandang langit di atas sana, sungguh satu pemandangan yang sangat menakjubkan. Bintang-bintang itu begitu banyak , membentuk entah rasio apa saja, tapi ku yakin semua rasio itu pasti akan terlihat pada malam ini. Aku terlena oleh pemandanagn indah itu, hingga tak terasa ternyata mataku mulai sayu. Dan aku pun tertidur di jendela, dengan wajah menatap ke luar.
Hembusan angin pagi membangunanku. Aku terbangun dan kaget, sadar bahwa aku tidur dengan kepala diluar, akupun segera  terjaga dan kembali ke ranjang. Namun ternyata tuhan berkehendak baik kepadaku. Mataku sudah tak mau lagi ku ajak tuk terlelap kembali. Hembusan angin pagi yang segar itu telah membuatku tubuhku segar juga, seolah aku telah beristirahat semalaman dengan sangat nyenyak. Kulihat jam di mejaku, pukul tiga lebih seperempat. Akupun pun pergi ke kamar mandi tuk membasuh wajahku. Aku teringat ada seorang ustad yang bilang bahwa, pada jam jam segini, bagusnya dilakukan untuk sholat malam, atau sholat tahajud kalau ngga salah. Karena saat itulah kita bisa mencurahkan semua isi hati kita pada sang rabb. Dan itu juga termasuk sumber dari pada kesuksesan yang sebenarnya. Akupun berusaha untuk melaksanakannya dengan ilmu yang aku ketahui. Kurasakan kedamaian yang sangat di hatiku. Kedamaian yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Akupun begitu lancar berdoa dan mencurahkan semua keluh kesah yang selama ini selalu kusimpan dalam hati, yang sejak dulu sangat sulit untuk kuungkapkan pada siapapun, sekalipun itu pada ibuku. Namun saat ini, entah mengapa aku begitu lancar mengungkapkanya pada sang Maha. Hatiku begitu tenang dan plong kurasakan. Tak lupa pula kupanjatkan doa untuk ibu dan ayah tercinta. Ayah  yang telah mengahdapNya beberapa tahun silam, saat aku kecil.
Setelah itu, dengan tanpa kuperintahkan tanganku  meraih benda mungil yang hampir paling jarang kusentuh. Mushaf miniku. Aku pun terlena dengan kalimat-kalima mu’jizat yang sedang kubaca ini. Hatikku semakin tenang dan damai. Hingga tak terasa adzan subuh telah berkumandang. Akupun bergegas menuju surau untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Kulihat ibu mlangkahkan kakinya menuju masjid. Kupun mencoba tuk mensejajari langkahnya.
“rara, kamu sudah bangun?”, ibu terlihat kaget melihatku yang tak biasanya bangun sepagi ini.
“iyah bu, Alhamdulillah.”, tak kurasa lidahku pun ikut mendukung sikapku pagi ini.
“Alhamdulillah nak, akhirnya kau bisa juga lebih baik lagi.”
Akupun tersenyum mendengar pujian ibu. kami melangkah bersamaan menuju surau.
Selepas sholat subuh, setelah bertadarus beberapa lembar, kucoba tuk membuka notebookku yang sudah dua hari ini terlantarkan dilemari. Akupun mencoba tuk menulis apapun yang ada dlaam pikiranku saat ini. Semunya mengalir begitu lancar, seperti air terjun di pegunungan yang tak ada rintangan sedikitpun. Akhirnya akupun berhasil menciptakan satu buah cerpen pagi ini. Alhamdulillah.
Tak terasa dua jam aku berkutat di depan notebook, dan jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Aku teringat ibu, aku belum membantunya pagi ini. Aku pun bergegas membereskan kamarku, dan segera menuju dapur. Kulihat ibu sudah siap dengan setelan kesayangnya untuk berangkat ke sawah.
“ibu sudah mau berangkat?”, tanyaku.
“iyah ra, kamu jaga rumah yah, ibu belum sempat bersih-bersih tadi, jadi tolong disapukan sama kamu yah.”, pinta ibu lembut.
“iyah bu, biar nanti rara yang bersihin rumah, maaf tadi rara ngga bisa bantu ibu masak, rara kelupaan di kamar.”
“iyah ngga apa, ibu juga ngga banyak ko masaknya, Cuma sayur kangkung dan tempe goreng. Nanti kalau kamu mau makan, tapi kurang cocok, kamu boleh menggoreng telur, atau apa saja yang kamu suka.”
“iyah ibu, makasih yah.”, kucium tangan ibu sambil tersenyum.
“ya udah sayang, ibu pergi dulu, sudah di tunggu ibu-ibu yang lain di depan sana.”
“ iyah ibu.”
Kupandangi kepergian ibu, sampai di belokan depan rumah. Selepas ibu pergi, akupun bergegas untuk membereskan dan membersihkan rumah. Pukul sepuluh pagi semua pekerjaan itupun akhirnya terselesaikan. Akupun segera mandi untuk menyegarkan badanku. Selepasnya, setelah sholat duha beberapa rakaat, aku kembali mebuka notebook. Kucoba tuk menulis lagi. Awalnya mau menyelesaikan tugas yang masih tertagguhkan, namun ternyata otak belum bisa di ajak untuk berfikir serius, akhirnya akupun menulis apapun yang ingin kutulis.
Menjelang duhur, sayup-sayup dari dalam kamar, kudengar adas suara orang mengucapakan salam dari luar. Akupun keluar untuk memastikan siapa yang bertamu siang-siang seperti ini. Ternya mang Hamdi, tetangga sebelah rumah.
“waalaikumussalam, ada apa ya mang?”, tanyaku sambil menjawab salamnya.
“anu ra, ibu kamu.”, katanya terbata-bata.
Akupun mulai khawatir, apa yang terjadi pada ibu,kenapa mang hamdi terlihat sangat khawatir. “ ada apa mang, apa yang tejadi sama ibu?”, tanyaku buru-buru.
“anu ra, ibu kamu, tadi pas pulang dari sawah, waktu mau nyebrang, keserempet motor.”, jawabnya.
Akupun lemas, hatiku entah bicara apa, otaku tak tahu apa yang sendang kupikirkan sekarang, aku khawatir dan takut hal buruk terjadi pada ibu. aku tekulai lemas di depan pintu.
“ra. Kamu ngga pa-pa, sekarang ibu kamu di puskesmas, kalau kamu mau kesana, biar saya antar pakai sepeda. Ma’lum, saya belum punya motor.”, tawarnya tulus.
Akupun hanya mengangguk mengiyakan ajakannya. Aku duduk dibelakang sepedanya. Iapun mengayuh dengan sangat cepat, melebihi kecepatan biasanya. Kulihat di sepanjang jalan orang-orang melihatku dengan mimic yang sangat mengharukan, memberi simpati.
Setengah jam perjalanan menggunakan sepeda mang Hamdi, akhirnya kami sampai di depan puskesmas desa. Akupun lagsung berlari mencari ibu. namun tak kulihat ada ibu di ruang pasien. Aku bertemu dengan dokter yang berugas siang itu.
“dok, lihat ibu saya, ibu yang terserempat motor dari sawah?”, tanyaku.
“owh ibu Fatimah? Beliau dipindah rawat di  klinik kecamatan, karena lukanya serius.”, jawabnya.
Akupun segera pergi untuk ke klinik. Kulihat mang Hamdi masih menungguku diluar. “ada apa neng, ibu imah baik-baik saja?”, tanyanya/
“ ngga tahu mang, ibu di pindah rawat ke kecamatan.”, jawabku cepat.
“gimana atuh neng, mau amang anter lagi naik sepeda?”
“ngga usah mang, kecamatan jauh, biar rara naik ojek saja. Mang pulang ajah ngga apa-apa, kasihaan bi halimah nungguin.
“owh, ya sudah atuh neng, baik-baik yah neng, kita sama orang kampung pasti doain yang tebaik buat ibu neng.”
“iyah mang, terimakasih banyak.”
Akupun bergegas mencari tukang ojeg terdekat. Alhamdulillah, tak sulit menemukan tukang ojeg di kampungku, karena kebnyakan warga di sini bermatapencahrian ojeg, sebagai sambilan saat nganggur di sawah.
Aku segera menuju ke kecamatan, tempat ibu di rawat. Namun takdir siapa yang tahu. Sesampainya di klinik kecamatan, kulihat ibu-ibu yang tadi pagi berangkat kesawah bersama ibu tengah duduk tertunduk di kursi tunggu. Akupun segera mengahmpiri mereka. Kutanyakan kabar ibu. namun mereka hanya diam dengan wajah sendu. Tiba-tiba, ibu zainab, teman ibu yang paling dekat dengan ibu memeluku. Erat.
“ra, yang sabar yah sayang, semua yang allh berikan pasti yang terbaik buat kita semua. Alloh tidak akan menyia-nyiakan hambanya di dunia ini.”, katanya.
Akupun bingung, tak faham apa maksud dari perkataan ibu zainab itu. “ada apa sebenarnya ibu, apa yang terjadi sama ibu rara”, tanyaku sambil menangis.
Beliaupun memeluku semakin erat. “sabar yah sayang.”, katanya sambil mengelus pundaku lagi.
Aku tersadar.”tidaaaaaakkkkkk, ibuuuuuuuuuuu.”
Aku segera lari ke kamar tempat ibu dirawat sebelumnya. Kulihat tubuhnya terbujur kaku, dengan kain putih di atasya. Aku lemas. Lunglai. Aku terduduk dilantai dengan tangis yang semakin tak bisa kubendung lagi. Ibu zainab pun memasuki kamar dan memeluku lagi. Dengan penuh keibuan, beliau menenangkanku.
Akhirnya, setelah aku agak tenang, jenazah ibupun diantar kerumah dengan mobil yang ada di kecamatan. Belum ada fasilitas ambulance di kampungku saat itu.
Sesampainya di rumah, kulihat sudah banyak orang yang berkumpul di depan rumah. Kulihat bude Aisyah dan keluarganya dari kecamatan sebelah telah hadir di antar semua orang tu. Beliau segera menjemputku detelah kami turun dari mobil, aku dipeluknya begitu erat.
Selesai prosesi pemakaman, aku kembali kerumah bersama dengan bude. Hanya budelah saudara terdekat ibu. satu lagi saudara laki-lakinya tinggal di kalimantan, dan belum bisa hadir untuk sekarang ini. Ibu adalah anak bungsu dari tiga bersaudar di keluarganya. Masa hidupnya ia habiskan bersamaku dan almarhum ayah yang telah lebih dulu berpulang kepadaNya. Kini beliau pun telah menyusul ayah ke pangkuan sang ilahi.
Akupun menambah izin pulangku seminggu lagi, Alhamdulillah mendengar kabar buruk yang terjadi semua dosen bisa memakluminya. Setelah seminggu kepulangan ibu ke rahmatullah, aku segera kembali ka bandung untuk menyelesaikan tugasku sebagai mahasiswa. Rumah ku titipkan pada mang hamdi dan bi halimah, tetangga terdekatku. Mungkin aku akan pulang sebulan sekali untuk menengoknya. Sementara bude aisyah sudah pulang juga pagi pagi,sama di hari aku berangkat juga.
Sesampainya di bandung, kurasakan satu kehidupan lain yang masih terasa asing bagiku. Kehidupan yang belum prnah dan tak pernah ku sangka sebelumnya, bahwa aku akan menjadi seorang remaja yatim piatu. Ciuman tanganku ada ibu yang terkahir pagi itu. Juga sms terakhir yang ibu kirimkan malam sebelumnya. Aku pasti akan rindu dengan sms ibu yang selalu menanyakan kabarku, menanyakan kapan aku akan pulang, mengingatkanku saat aku sibuk,  untuk beristirahat sejenak, sholat. Aku pasti akan meridukan itu. Pasti dan sangat.
Ibu, ayah, terimakasih atas semua yang telah kau berikan padaku, semoga alloh selalu memberikan kesehatan padamu ibu dan ayah, juga memberikan umur yang panjang. Terimakasih atas semua kasih sayang yang kaalian curahkan padaku. Cintamu takkan pernah tergantikan oleh apapun dan siapapun. Kesejukanya, lebih sejuk dari pada embun di pagi hari. Luasnya, lebih luas dari pada lautan yang Tuhan persembahkan pada kita di dunia ini. Kaulah segalanya bagiku ibu, kaulah pelindungku ayah.  Takkan ada yang bisa menggantik kalian u di hatiku. Love you mom and paph. J
From your daughter in Bandung.
Minggu, “duapuluhsembilan mei duaribusebelas”
_cHa_ “chaura aL haViny”

Kau begitu sulit tuk ku raih
Berjam-jam aku menunggu
Hingga malam menjelang

Telah ku alihkan perhatianku
Agar aku tak memikirkanmu lagi
Namun semua itu sia-sia saja
Aku tetap tak bisa tuk lepas dari pikiran tentangmu

Oh Moch Bashory
Di manakah dirimu kini
Diriku menanti saat ini
Untuk terhubung pada lini duniawi
Hehe…

June “11, 22:30 WIB

Ditulis sambil menunggu akses internet gratis. Hehe…
Tuesday, June 14, 2011

I'm Late...


WAKTU=TIME.....???

Waktu? Emang apaan sih waktu itu?
Pastinya kita pada ngga aneh khan dengan kata waktu ini. Satiap hari kita hidup  ini bersama dengan waktu, tanpa waktu ngga bakalan ada kehidupan di dunia ini. Karena dalam hidup kita ditentukan oleh waktu. Sampai kiamat pun ada waktunya. Lalu gimana nih cara kita membuat waktu itu biar ngga jadi sesuatu yang sia-sia?
Di sini aku fu’ah bakalan nuliis tentang waktu yang ada kaitanya sama sholat duha. Tahu khan?
Kita pasti tahu and hafal surat A-Duha khan?
Nah, surat ad-duha ini diturunkan sama Alloh  waktu itu berkaitanenj dengan kejadian yang saat itu Alloh lagi menjeda dulu menurunkan wahyunya. Nah, saat itu kesempatan ini dijdikan ajang sama orang-orang kafir buat mengolok-olok nabi kita Muhammad SAW, beliau diolok-olok bahwa wahyu Alloh sudah ngga turun lagi sama beliau, akhirnya beliaupun sedih. Akhirnya, karena Alloh itu maha penyayang dan tidak mau melihat kekasihnya bersedih, dia menurunkan wahyunya yang berbunyi dalam QS. Ad-Duha ayat 1-3, yang artinya:
“Demi waktu saat matahari naik sepenggalan. Dan demi malam apabila telah
. Tuhanmu itu tidak meninggalkan kamu dan tidak pula benci kepadamu.”
Dari ayat itu dijelaskan bahwa Alloh itu selalu menyertai kita, kapanpun dan di manapun. Dari ayat yang pertama kittahu bahwa itu adalah waktu duha dimana kita sedang sibuk-sibuknya dengan aktivitas kita. Alloh mengingatkan kita untuk beristirahat sejenak, untuk mengingatnya. Selain itu juga, dalam sholat duha itu Alloh memberika balasan kepada kita bahwa dua rookaat sholat duha itu sama halnya dengan kita bersodaqoh pada sendi-sendi dalam tubuh kita sebanyak 1000 kali lipat. Sedang sandi dalam tubuh kita itu berjumlah 360, jadi jika dikalikan 1000 menjadi 360.00 per hari. Nah itu hanya dua rakaat, yang tidak memerlukan waktu yang lama, apalagi jika lebih. Pasti lebih banyak lagi,coba dihitung yah.
Jadi, selain kita dianjurkan bersodakoh sama fakir miskin, kita juga dianjurin buat sodaqoh sama sendi-sendi yang ada dalam tubuh kita, yang selalu membantu kita dalam bekerja, beraktivitas, dan beribadah sehari-hari.
Di ayat kedua kita juga diingetin buat mengingat Alloh di malam yang sudah sunyi dan hening, karena pada saat-saat itulah malaikat alloh turun ke bumi untuk memberikan rahmat Alloh pada mereka yang terjaga saat itu. Karena pada saat seperti itulah kita bisa khusyu dan sungguh sungguh dalam berkomunikasi dngan Alloh. Hingga kahirnya kita bisa merasakan ketenangan yang luar biasa.
Dari ayat yang ketiga, kita diberitahu oleh alloh bahwa dirinya tidak pernah meninggalakan kita, Dia selalu ada mneyertai kita, kapanpun dan di manapun. Saat kita mendekat kepada alloh sejengkal saja, alloh mendekat pada kita satu depa atau sepanjang tangan kita. Saat kita mendekat pada Alloh dengan berjalan, Alloh mendekat kepada kita dengan berlari. Begitulah cinta Alloh kepada hambanya, dua kali lipat cinta kita pada Alloh. Begitu maha penyayangnya Alloh.
Maka, dari semua penjelasan itu, kita diperingatkan untuk selalu menjadikan waktu kita menjadi sesuatu yang berharga, agar tidak menjadi sia-sia. Juga, kita diingatkan untuk senantiasa ditemui olah Alloh. Kata ditemui ini berarti bahwa mita harus bisa menjadi hamba Alloh yang layak untuk disapa dan ditemui oleh Alloh tuhan kita. Karena jika kita yang mencari dan menemuinya itu begitu sulit, karen Dia begitu maha besar dan maha segalanya, sehingga kita mungkin tidak mempu untuk menemuinya. Mka dari itu kita harus menjadi hambanya yang layak dan pantas walaupun hanya sekedar disapa olhhNya. Amiin...
“Jadiknlah waktumu sebagai sesuatu yang dapat kau manfaatkan. Dan
janganlah kamu dimanfaatkan oleh waktumu.”
Wassalaam...:))
By. cHa
v
Cinta Chery
Malam itu langit begitu bahagia. Para bintang dengan cerahnya bertaburan hingga malam menjelang. Sedang sang rembulan dengan malu-malu menyeruak saat keheningan malam menjemput, menambah kebahagiaan langit malam itu. Begitupun diriku, setelah kemarin andi sahabatku mengungkapkan perasaanya padaku, akupun merasa bahagia bagai seorang gadis kecil yang begitu ceria mendapatkan lollipop dari mamahnya. Andi adalah sahabat terbaiku sejak kecil. Kami sempat hilang kontak saat kami lulus dari sekolah dasar. Ia melanjutkan pendidikanya ke Surabaya, karena tugas resmi ayahnya yang tak bisa ditunda lagi. Hingga kemudian, tak terduga takdir mempertemukan kita lagi. Secara tidak sengaja saat acara pengenalan mahsiswa di kampus tempat kami belajar sekarang, ada seorang laki-laki yang dengan gagahnya naik ke panggung untuk mennjukan talentanya. Aku yang kebetulan duduk dibarisan paling depan, terkejut mengenal jelas wajahnya. Iapun sama, saat melihatku terkejut, mengenaliku. Dari situlah, hubungan kita mulai tersambung lagi. Satu semester kami jalani perkuliahan sebagai mahasiswa baru. Hampir setiap hari kami jalan bersama dan melakukan hal-hal menarik berdua. Kita kebetulan satu fakultas, hanya berbeda jurusan saja. Dia jurusan TI, sedangkan aku fisika sains. lebih mempermudah komunikasi kita lagi. Dirinya pun telah mengenal dekat keluargaku lagi. Ayah yang berpindah tugas ke kota kembang setahun yang lalu, mempermudah pendidikanku. Aku tak perlu jauh-jauh pulang ke subang untuk PP kampus-rumah. Selama satu semester itulah hubungan kami semakin erat, hingga di awal semester genap, setelah menghabiskan liburan panjang selama satu bulan di kampungnya, seminggu setelah perkuliahan dimulai, dia mengungkapkan perasaanya padaku. “Han, sudah lama aku ingin mengungkapakan ini, tapi baru kali ini aku berani tuk berbicara langsung padamu. Aku suka sama kamu han. Jauh hari saat kita masih ingusan. Maukah kau jadi gadisku?”. Kalimat itulah yang begitu melekat dalam hatiku. Andi, pearku, sahabat kecilku dulu, menyukainku. Bahkan ia menyimpan perasaanya sejak kita belum tahu apapun tentang hidup ini, apalagi cinta, tak pernah terbesit di hatiku. Malam ini pun, biarpun jam duduk dimejaku sudah meunjukan pukul setengah dua belas, hampir mendekati midnight, aku belum juga bisa memejamkan mataku. Kata-katanya selalu terngiang di telingaku, membuatku sulit tuk terlelap. Akhirnya, karena lelah menunggu mata yang tak mau di ajak kompromi, aku memutuskan untuk duduk di kursi dekat jendela kamarku. Kusibak tirai dan kubuka sedikit jendela untuk sekedar menghirup dinginnya udara malam. Kulihat beribu-ribu bintang bertaburan di langit. Begitu indah. Bandung yang jarang sekali sudi untuk menampakan bintang yang selalu memelas untuk menampakan keindahanya, kini dengan tulus mempersilahkan bintang dan rembulan malam itu dengan bebas mengekspresikan keidahan yang luar biasa. Indah dan akupun bahagia. “hai”, sapanya pagi itu. Mengagetkanku. Aku begitu terpana melihatnya. Ia begtu gagah dengan setelan kemeja coklat dipadu dengan jeans hitamnya. Senyumnnya menyejukan pagi yang dingin. “chery, ko bengong sih?”, tanyanya dengan panggilan sayangnya padaku, sambil mengibaskan tanganya di depan wajahku. Aku tersadar. “owh, eh maaf. Pagi juga pear.” “pagi-pagi dah ngelamun, kesurupan gimana ??”, candanya. “ngedoain? Kalau aku kesurupan, berarti setannya kamu. Hehe.”, jawabku. “bisa ajah kamu jawabnya. Gimana pertanyaan ku kemaren?”, tanyanya to the poit. Aku memang tidak langsung menjawab permintaanya kemarin. Aku masih harus memikirkanya. Ada sebersit rasa takut dalam hatiku, kalau-kalau hubungan itu bisa merusak kedekatan persahabatan kami. “aku takut pear.”, jawabku jujur. “kenapa my chery, adakah yang kurang dari diriku? Ada yang menyeramkan?” “bukan gitu pear, kamu ngga kurang satu apapun. Juga tidak menyeramkan sama sekali.” “lalu?” “aku takut persahabatan kita bakalan hancur kalau kita melakukan hubungan ini.”, jawabku. “tenang aja chery, persahabtan kita ngga bakalan kenapa-napa. Hubungan yang kita jalin pun ngga akan berdampak apapun pada persahabtan kita. Malahan bisa jadi pijakan buat kita, karena kita sudah saling tahu diri kita berdua satu sama lain.”, jawabnya meyakinkanku. “kamu yakin?” “iya cheryku, manisku, yang paling imut, kaya semut. Aku yakin banget, seratus persen malah. Ok, sekarang kita jadian yah? Kamu mau nerima aku jadi cowo kamu?”, ucapnya sambil menunjukan kelingkingya. Janji kami berdua. Akupun mengangguk. Dia memeluku erat. “terimakasih cheryku”, ucapnya. *** Dua tahun berlalu. Kami jalani hubungan kami sebagai sepasang kekasih. Alhamdulilah, tak ada masalah serius yang terjadi diantara kami. Pertengkaran-pertengkaran kecil berhasil kami atasi. Hingga akhirnya, suatu hari aku berkenalan dengan teh airyn, seorang muslimah sejati yang begitu anggun. Beliau begitu menjaga tubuh, pandangan dan hatinya. Pakaianya selalu lebar dan longgar menutupi setiap lekuk tubuhnya. Pandangan matanya pun begitu terjaga. Tak pernah kulihat dia menatap wajah ikhwan yang berbicara denganya. Hatinya pun begitu lembut. Berbeda denganku. Biarpun aku memakai baju lengan panjang, tapi bajuku ketat, dan celana jeans yang kupakai masih menampilkan lekuk tubuhku. Juga mahkotaku yang belum kututupi dengan sehelai kain yang sangat mulia, jilbab. Suatu hari, setelah mengikuti seminar keputrian kami ngobrol di teras masjid kampus kami. Aku yang kebetulan memang sedang menunggu andi menjemputku, sedangkan ia memang masih ada kegiatan di masjid setelah maghrib nanti. “hani, bagaimana tadi seminranya. Apa yang kamu dapat?”, tanyanya. “gitu aja yah teh, sebagai seorang wanita, kita ngga boleh jadi orang yang lemah. Kita harus kuat, karena kita nantinya akan menjadi seorang pemimpin di rumah kita, bagi anak-anak kita nantinya.” Jawabku sekenanya, menurut apa yang aku dengar tadi. Karena kebetulan, aku ikut seminar itu juga untuk mengisi kekosongan jadwalku saja, dosen berhalangan hadir, sedang andi masih lama lagi menjemputku. “benar sekali. Menurut hani sendiri, wanita yang kuat itu yang kaya gimana?” “wanita yang kuat itu tidak cengeng”, jawabku sekenanya lagi." Ia pun menanggapi jawabanku dengan uraian yang panjang . dari semua tanggapannya atas jawabanku, ada satu kalimat yang begitu membuataku kaget, karena aku belum pernah tahu sebelumnya. “han, benar memang wanita yang kuat adalah wanita yang tidak mudah menangis’, jawabnya lembut. “namun selain dari itu, wanita yang kuat adalah wanta yang bisa menjaga dirinya dari perbuatan ma’siat yang dibenci oleh alloh. Juga wanita yang bisa menjaga sesuatu yang paling berharga di dirinya, yang hanya akan diberikan nanti setelah kita menikah dalam ikatan suci yang diridhoi oleh alloh, padanyalah hati dan raga kita esok kita curahkan.” “maksudnya?”, tanyaku meminta penjelasan. “maksudnya, gadis solehah yang selalu menjaga aurat juga hatinya. Dia tidak mengumbar keduanya sembarangan pada laki-laki. Hanya pada suaminya ia akan berikan semua itu.” “jadi orang yang pacaran itu lemah? Itu maksud teteh?”, tanyaku. “teteh ngga bilang kaya gitu. Hanya saja mereka belum kuat untuk menahan hawa nafsu mereka.” Kami ngobrol panjang lebar, hingga andi menjemputku tepat saat adzan maghrib berkumandang. Dari situlah aku mendapatkan tetes-tetes hidayah yang begitu sejuk bagai embun di pagi hari, yang tak pernah kutemukan sebelumnya. *** Esok harinya, setelah obrolan panjangku dengan teh airyn, aku merubah penampilanku seratus delapan puluh derajat. Aku kini mencoba untuk berpakaian anggun sepertinya. Biarpun awalnya memang begitu aneh dan tidak nyaman , juga andi yang bersikeras tidak setuju dengan penampilan baruku itu, namun aku tetap betahan. Selain itu juga, aku meminta hal yang sangat membuatnya terkejut. Dan itu semakin menambah ketidaksetujuanya pada penampilanku itu. Aku mengajukan permintaan itu seminggu setelah aku merubah penampilan. Hingga suatu hari, melihatku yang tetap tidak mau berubah kembali seperti semula, ia menghampiriku di lab saat sedang praktikum .“cher, kamu masih tetap teguh dengan pendirian kamu?”, tanyanya. “iya an, aku ngga akan bisa merubah keputusanku. Terserah kamu mau menrima atau tidak, tapi itulah kenyataanya.”, jawabku. “okelah kalau memang itu maumu dan bisa membuatmu bahagia. Aku ngga bakalan memaksa kamu. Tapi kamu harus tahu dan ingat selalu, aku ngga akan lelah buat mendapatkan dirimu meski apapun yang terjadi.”, jawabnya sambil meletakan sebuah bingkisan kecil di meja praktikku. “aku akan pergi satu bulan lagi, ayah memintaku unntuk melajutkan kuliahku di ausy semester depan.”, Lanjutnya. Ia pun pergi meninggalkan ruang praktikum. Aku hanya diam memandang punggungnya yang hilang dibelokan lirong sana. Sebuah bingkisan kecil tergeletak di depanku. Sebulan setelah peristiwa itu, aku tak pernah lagi berhubungan denganya. Tak ada kabar apapun tentangnya. Kami kehilangan kontak lagi. Mungkin karena kami sedang sibuk mengurus ujian akhir, hingga ia pun tak sempat untuk sekedar menyapaku lewat pesan singkat sekalipun. Seperti yang dilakukanya dulu saat kami masih punya hubungan special. Semingu setelah UAS berakhir, tak sengaja aku melihatnya berjalan bareng ka ilham, seniorku di organisasi baruku ini, LDM. Mereka berjalan keluar dari ruang sekretariat ikhwan. Setelah itu aku tak pernah menjumpainya lagi, baik di kampus ataupun di rumah. Hingga seminggu setelah aku melihatnya jalan bersama seniorku, satu pesan singkat masuk di layar inboxku, darinya. “assalamualaikum, hani gadis berpipi apel semerah chery, esok pagi aku akan berangkat ke ausy, seperti janjiku saat itu. Aku harap kamu dapat meridhoi kepergianku dengan setetes maaf darimu atas semua salah dan khilafku padamu selama ini. Izinkanlah aku untuk mencari secercah cahaya juga sepertimu agar aku bisa layak untuk menjadi imammu kelak, menjadi ayah dari anak-anakmu, dan kaupun sudi tuk jadi bidadariku di dunia dan akhirat. Maafkanlah semua salah dan khilafku. Maafkan aku yang tak bisa melenyapkan rasa cinta di hatiku ini padamu. Jadi kumohon, bersabarlah kau untukku. By pear.” Tak terasa butiran bening mengalir di kedua belah pipiku. “alaykumusalam. iya pear, aku akan setia menunggumu hingga kau berhasil memperoleh hidayah itu. Doa dan cintaku kan selalu menyertaimu juga. Awalilah langkahmu dengan menyebut asmanya, bismillah.”, jawabku mereply pesan singkatnya. Teringat aku akan bingkisan kecil yang belum sempat ku lihat isinya saat itu. Aku pun mengambilnya dari dalam laci, dan kubuka. Ternyata al-qur’an mini dengan warna gold. Begitu indah. Akupun memeluknya. “semoga ia berhasil mendapatkan hidayah itu dan bisa menjadi penerang dan pelengkap kehidupanku nanti seperti al-qur’an ini, petunjuk dan penerang umat muslim setelah sang rasul wafat.”, doaku dalam hati. Keesoka harinya, saat sedang menyebrang kekampus tak terduga olehku ada sebuah motor yang melaju sangat kencang, dan akupun tak bisa tuk menghindarinya. Aarrrrgggghhhhhhhh……..alohhuakbarrrr…. Tubuhku terpental. Aku merasakan pusing yang amat sangat di kepalaku. Kulihat bayangan putih menghampiriku, mengulurkan tanganya padaku. Akupun menerima uluran tangan itu. Terlintas satu wajah yang selama ini tak kunjung lelah menantiku, andi my pear. Aku pergi meninggalakan tubuhku yang berlumuran darah. Aku melihat orang-orang mengangkaktku ke dalam ambulance. Kulihat teh airyn berlari dengan terburu-buru kearahku. Namun aku tak bisa tuk meraihnya, dia tembus begitu saja melewatiku yang berdiri tepat di arah menuju ambulance, tempat tubuhku di baringkan. Aku tak bisa berbincang lagi denganya dan dengan orang-orang yang mengelilingi tubuhku. Aku sadar, malaikat tuhan telah menjemputku tuk menghadap kepadaNya. “pear, terimakasih kau telah mencurahkan cinta tulusmu itu untukku. Semoga kita bersatu esok disurga sebagai pasangan yang kekal dan abadi.”, ku titipkan pesan terakhirku pada angin yang berhembus sore itu. Akupun melangkah terus mengikuti bayangan putih itu. Selamat tinggal pear. Doa dan cintaku kan selalu menantimu hingga ke surga nanti. Love you….  Bandung, 21 mei 2011 Ma’had al-jami’ah UIN SGd bandung. By. Chaura aL haViny
 
cHa's create. Template Design By: SkinCorner