setahun sudah aku tinggal di sebuah pesantren di sekitar wilayah Bandung Timur. bagai seekor kupu-kupu yang baru keluar dari sebuah kepompong, itulah aku. Dunia pesantren adalah suatu hal yang baru bagi seorang gadis seperti ku, "tak ada basic pesantren". aku harus mampu beradaptasi dengan dunia yang belum pernah ku geluti sebelumnya.
Arab gundul adalah makanan pokok ku. sebelum setetes air masuk kedalam kerongkongan ku, sebelum sesuap nasi bersarang dalam perut ku, setiap pagi "Arab Gundul" adalah makanan pembuka yang selalu siap menyambut ku, masuk ke dalam pikiran yang masih bersih dari setiap noda dan dosa yang takan pernah terelakan menanti dai pagi, siang, sore, malam, yang selelu rutin setiap hari ku lakukan.
by,
wina aniw "The True Historian"
Cintaku Bersemi Dalam
Diam
Dalam diam ku menunggu
Menunggu satu kenyataa yang entah
Semuanya terbalut dalam satu mimpi
Dengan sejuta harapan
Yang terukir dalam detik
Cintaku bersemi dalam diam
Diam yang tak pernah berujung
Walau hanya nol koma satu
Dalam persen
Kutemui setiap ihwalmu
Dalam alunan sendu hidupku
Kau yang tak pernah tahu
Betapa sangat ku berharap
Dalam satu mimpi
Bahwa cintaku bersemi
Walau hanya dengan diam.
Untukmu yang selalu memenuhi alam bawah sadarku dengan segala yang kau miliki.
By. Chaura aL haviny
17 ramadhan 1423 H
Kematian.
Satu kata yang sungguh sangat
mengerikan, dan aku sungguh takut kepadaNya.
Tak ada seorangpun yang mampu tuk
menghidari kematian. Ia datang dengan tiba-tiba dan juga memaksa. Tak bisa tuk
ditawar lagi. Sungguh sangat mengerikan.
Kate, seorang gadis penderita
leukemia dari sejak lahirnya, harus menerima takdirnya di usia dini.
Meninggalkan mamah yang sangat menyayanginya, yang selalu berjuang untuk
mempertahankan hidupnya. Ayah yang selalu menjaga dan melinndunginya juga
keluarganya. Jesse, yang selalu melukisnya menjadi seorang gadis yang cantik.
Juga anna, sang adik tercinta yang selalu siap sedia tuk mendonorkan organ
tubuhnya hanya untuk tetap memertahankanya hidupnya. Sungguh, semuanya adalah
satu hal yang sanagt istimewa yang tuhan berikan padanya.
Dengan bantuan donor dari anna,
akhirnya ia berhasil mempertahankan hidupnya hingga melebihi usia lima belas
tahun. Sungguh satu keajaiban yang sanagt luar biasa di banding para penderita
leukemia lainya. Dengan segala donor dari annalah, anna pernah menganggap dirinya
sebagai her sister keeper bagi kakaknya, Kate.
Namun semua itu salah. Kehendak
tuhan siapa bisa menawar. Setelah bertahun-tahun melewati kesakitanya, akhirnya
kate pun sadar akan sakit yang di deritanya, hingga ia memerintahkan pada adiknya,
Anna, untuk jangan mendonorkan organ tubuhnya lagi padanya. Dan ini membuat
Anna harus bertarung melawan ibunya di pengadilan yang terus menuntut Anna
untuk mendonorkan organya untuk kate, yang sekarang adalah ginjal, karena sudah
sebulan ini kate juga mengidap gagal ginjal akut. Namun, berkat scenario tuhan
juga, akhirnya semua kebenaran pun terungkap di pengadilan, lewat ucapan jesse
yang sudah tidak tahan akan keadaan yang ada, bahwa Kate sudah tidak mau
menerima organ anna lagi.
Dan akhirnya, sesuai waktu yang
di tentukan. Malam itu, setelah pengadilan resmi memerdekakan organ ana. Saat
semua orang tengah kembali ke tempatnya masing-masing, ia, kate ingin untuk
berdua berbicara dengan mamah yang sangat mencintai hidupnya. Dan dalam
dekapanya, saat mamahnya terlelap dalam tangis, ia hembuskan nafas terkahir
itu, meninggalkan mamah, papah, jesse, dan anna. Malam itulah ia pergi
selamanya, menyusul kekasihnya taylor di surge sana.
Ssetelah kematianya, semuanya
berubah. Keluarganya kembali pada kehidupan yang dulu. Mamahnya kembli menjadi
seorang pengacara yang dulu sempat ditinggalkannya akrena mengurusinya yang
sedang sakit. Ayahnya memilih menjadi seoran pelatih oleharaga yang selalu
memicu semangat para generasi muda. Jesse lebih baik lagi dalam belajar, dan
annapun tengah beranjak dewasa. Setiap tahun, di hari ulang tahun kate, anna
dan keluarganya berlibur ke satu tempat yang sama dan tetap setiap tahunya.
Montana, sebuah pantsi putih yang indah. Di sanalah terkahir kali kate berlibur
bersama keluarganya.
Saat hari itu pula, anna
menyadari, bahwa pernyataanya tentang penjaga kakaknya ternyata tidak benar.
Kematian telah merenggut segalanya, ia tak bisa tuk melawan semua itu.
Satu kisah keluarga yang sangat
bermakna, penuh kasih sayang yang tulus.
Kamis malam, 30 june 2011, di
kamarku, kampong cireong.
By. “Chaura_havina”
Suara itu
Bagai bom yang berdentum di tengah padang
Menggetarkan isi bumi
Meluluh lantahkan segalanya
Ku mohon sahabat,
Jangan lakukan itu untuk saat ini
Aku tak kuat tuk mendengarnya
Karen itu begitu membuatku sakit.
Please,
Ku mohon,
Jangan lakukan,
Aku tak kuat,
Suaramu begitu mambuatku,
Tak kuat tuk mendengarnya
Hufftt!!!
Ditulis, pagi hari di bulan juni yang dingin. Saat sedang mencari inspirasi, terbuyarkan oleh suara teman yang melantunkan sebuah syair di atas sana. Namun saying, suaranya bukan malah membuatku menemukan inspirasi, malahn membuat telingaku sakit. Maafkan aku kawan, aku katakana semua ini agar kamu tahu, bahwa yang lain pun merasa terganggu dengan apa yang kau lakukan. Peace…
chacha
Agama Menurut Sigmund Freud
Freud menerapkan psikoanalisis dalam sastra, mitologi, pendidikan, dan agama. Dalam buku karyanya, the future of an illusion (1927), Freud menyatakan bahwa agama adalah “pemenuhan harapan”: harapan manusia yang tak berdaya untuk mendapatkan perlindungan didalam dunia asing. Untuk memperoleh keadilan di dalam masyarakat yang tidak adil, untuk hidup kekal dan mengetahui asal dan makna dunia.
Ia percaya bahwa agama adalah “neurosis obsesional universal,” yang dasarnya, yang terletak pada “tabu” (“taboo” kata dasar Polinesia yang berarti hal yang dilarang). Pada dasarnya, upacara agama merupakan merupakan semacam tindakan neuritik, obsesif. Ada keinginan Oedipus untuk membunuh dan memangsa ayah.
Oedipus adalah tokoh dalam mitologi Yunani, yang tanpa diketahuinya telah membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Freud yakin bahwa anak laki-laki pertama lekat pada ibunya dan melihat ayahnya sebagai saingan dalam memperoleh kasih ibu. Kemudian ia melukiskan “electra complex” untuk anak perempuan, tetapi ini tidak dikembangkan. Rasa takut dan cmemburu anak laki-laki terhadap ayahnya bercampur dengan rasa salah. Sebagai anak ia juga mempunyai rasa cinta terhadap ayahnya. Akibatnya, pengalaman awal seksual anak ditekan sampai remaja, sewaktu rasa itu muncul kembali karena perubahan fisik dalam tubuhnya.
Maka bagi Freud, agama merupakan Oedipus complex-nya umat manusia. Ia percaya pada perkembangan sejarah yang melewati:
• Animisme (memberi sifat religious kepada objek atau hewan) ke politeisme dan kemudian monoteisme.
• Magis melalui agama ke sains.
Berbagai macam agama, yang hanya merupakan bentuk-bentuk yang berkembang dari totemisme primitive, selalu menyajikan suatu ide tentang Allah, yang sebenarnya hanyalah ide sang ayah manusiawi. Dalam hari depan suatu ilusi, maka Freud menekankan dan menggeneralisasikan teori itu. Sang anak mencari perlindungan pada ayahnya. Orang dewasa, karena suatu perpanjangan infantile, menciptakan seorang ayah yang lebih kuat lagi dari pada manusia, demi untuk mengisi kekurangannya. Perasaan patuh dan iri hati anak terhadap ayah di berikan, pada usia dewasa, dengan peralihan, kepada totem. Apabila umat manusia telah mencapai kedewasaan psikologis, maka dengan sendirinya agama akan lenyap.
Dalam ilmu ini, ada tiga dasar ilmu yaitu epistemology, ontologi dan aksiologi.
a. Epistimologi
Apakah agama itu?
Menurut KBBI, agama itu adalah sebuah system kepercayaan kepada tuhan, dewa atau sebagainya. Dilhat dari sumber kajianya, agama ini adalah sebuah tuntunan dari tuhan agar kita bias bahagia di dunia dan akhirat. Kata agama ini berasal dari gabungan dua kata yakni “a” yang berarti tidak, dan “gama” yang berarti kacau. Jadi jika di satukan berarti tidak kacau, karena agama di sini selalu bertjuan untuk membawa umatnya menuju kebenaran.
Sedangkan, menurut konsep freud di sini, agama adalah sebuah Oedipus kompleksnya seseorang, yang di sana adalah rasa takut seseorang sehingga mengharuskanya untuk berlindung pada satu hla atau benda yang di anggapnya mempunyai sesuatu yang lebih kuat dari diriny. Namun nantinya, jika ia telah mampu atau merasa kuat ia akan dengan sendirinya meninggalkan agama itu. Namun disini tunjuannya tetap sama, yaitu saat ia berlindung pada seseorang, hal atau benda yang mempunyai kekuatan labih besar dari dirinya, karena takut, di sana ia tetap bertujuan untuk mencari sebuah kebahagian dan ketenangan dalam hidupnya, hingga akhirnya ia beragama.
Apakah yang menjadi dasar dan sumber dari agama?
Dalam kehidupan umum seseorang, mereka semua beragama atas dasar kebutuhan mereka, karena di sana mereka mencari sebuah kebhagiaan yang dapat memuaskan kebutuhan nurani mereka. begitupun dalam konsep agama yang freud ungkapakan, ia beragama karena perasaan takut dan cemburunya pada ayah yang lebih kuat darinya, hingga ia harus meminta sebuah perlindungan dari ayahnya agar dirinya tetap bisa hidup di dunianya. Dan dalam agama, ayah itu di artikan sebagai tuhanya, yaitu suatu dzat yang lebih kuat dari diri kita yang bisa memberikan perlindungan pada kita. Jadi, pada akhirnya tetap sama, apa yang menjadi sumber dan dasar agama bagi setiap orang dan bagi freud adalah untuk mencari perlindungan pada satu dzat atau hal yang lebih kuat dari kita, agar kita bias hidup tenang di dunia dan akhirat.
Apakah agama itu berasal dari pengamatan, pengalaman, atau akal budi?
Dalam konsepnya ini, freud mengungkapkan bahwa ia mendapatkan sebuah keinginan beragama, karena setelah ia mengalami sendiri kehidupannya bersama keluarganya, ia menyaksikan bahwa ayahnya sebagai orang tua ternyata lebih kuat, hingga membuatnya khawatir bahwa ayahnya akan merebut perhatian ibunya darinya, karena saat itu ia merasa sebagai anak laki-laki, ia sanagt dekat dengan ibunya. Dari situlah ia mencoba untuk menutupi rasa cemburu dan bencinya pada ayahnya itu dengan cara berpura-pura berbakti pada ayahnya, karena saat itu ayahnyalah yang memegan kendai hidupnya, jadi dengan terpaka ia pun harus menurut pada ayahnya.
Jadi di sini bahwa, agama itu di dapatkanya sendiri dari pengalaman pengalaman hidup yang di alaminya bersama keluaganya. Dan juga merupakan sebuah akal budi karena ia merasa sebagai anak, sehingga ia harus menghormati ayahnya sebagai orang tua, agar ia mendapat perlindungan.
Apakah agama itu kebenaran yang pasti atau hanya sebuah dugaan?
Dari konsepnya, dapat diketahui bahwa agama itu termasuk sebuah kebenaran yang pasti. Taerbukti dengan saat ia berpura-pura untuk mencintai dan mematuhi ayahnya, hidupnya terjamin dan baik-baik saja. Namun saat dirinya dewasa dan mampu melakukan segalanya sendiri, ia meninggalkan ayahnya itu dan meninggalakan kepatuhanya juga padanya.
Begitupun agama, di sini saat kita beragama kita akan merasakan sebuah ketenangan hidup, karena kita mempunyai sebuah pelindung, yaitu tuhan.
b. Ontology
Isi dari landasan ontologism adalah objek apa yang sedang di telaah, dan bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut, hingga apa korelasi dari obbjek ini dengan daya tangkap manusia seperti berfikir, merasakan, melihat dan mendengarkan, sehingga bisa menghasilkan sebuah ilmu.
Jadi, jika dari pembicaraan makalah ini, bahwasanya objek yang sedang di telaah adalah agama yang memang merupakan sebuah wujud rasa kepercayaan yang hakiki. Selain itu juga, agama di sini memang sanagt berkolerasi dengan manusia, karena di sini freud telah melakukan dan merasakan sendiri bagaimana agama itu, yang ia kaitkan dengan ketakutanya pada ayahnya. Dari sana juga menghasilkan sebuah ilmu yang kita tahu sekarang, seperti macam-macam teori psikoanalisis dari freud dan lain-lain.
c. Aksiologis
Landasan aksiologis di sini adalah bagaimana kegunaan dari agama itu bagi kehidupan manusia itu sendiri. Jadi, dari beberapa yang telah penulis coba uraikan, bahwasanya fungsi dari agama itu sendiri, yaitu untuk memberikan ketenangan pada manusia itu, karena dirinya telah merasa terlindugi oleh sesuatu yang di anggapnya lebih memiliki kekuatan lebh dari dirinya. Jadi, dari situ bahwa agama itu sebagai pelindung mereka, agar mereka bisa hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Pagi yang Istimewa
Tengah malam kami terbangun. Suara takbir bergema di sudut-sudut kota kembangi. Biarpun suhu udara dingin hingga membuat beku ulu hati kami, namun semua itu tak manghalangi niat hati kami pagi ini untuk melakukan satu ibadah sunnah yang hanya terjadi beberapa kali dalam tahun. Sholat gerhana.
Ini memang bukan salah satu sholat yang istimewa, namun karena memang jarang terjadi, hingg membuatnya menjadi istimewa.
Setelah sebelumny tidur telat karena menonton salah satu drama asia, pukul dua pagi aku sudah dibangunkan oleh teman kamarku, the ayu tepatnya. Aneh, aku yang biasanya sangat sulit untuk bangun pagi, tiba-tiba pagi ini dengan mudah bangun, mlahan lebih awal dari bisanya. Alhamdulillah.
Aku bangun tepat pukul dua dini hari, setelah tidur setengah jam sebelumnya. Dengan melawan rasa dingin yang amat menusuk kalbu, kupaksakan diri tuk menyentuh segarnya air di pagi hari. Air bersih yang suci. Kubasuhkan air itu pada wajah dan anggota wuduku lainya. Amat segar, mengalahkan rasa dingin yang menusuk tulang. Setelah kurasa cukup, akupun kembli ke kamar. Teman-teman satu asramaku telah siap di depan aula untuk melaksanakan sholat sunnah kusuf ini. Aku pun segera bergegas untuk menyusul.
Setelah berdandan sekenanya, saat sudah sampai aula yang tepatnya di depan kamarku, ternyata sholat [un telah di mulai. Aku bergabung. Sholat sunnah kusuf dengan dua rukuk pada setiap rakaatnya, sungguh sholat yang lain daripada yang lain. Istimewa.
Ini memang salah satu sholat yang diberi keistimewaan oleh tuhan. Aku belum tahu apa makna dari keistimewaan tersebut. Mungkin inilah PR yang harus aku cari tahu jawabnya. Apa keistimewaan dari sholat sunnah gerhana ini, hingga membauatnya beda dari sholat yang lain, termasuk sholat yang diwajibkan seklipun.
Namun itu tak perlu di bahas sekarang, cukup jadi PR untukku saja, kecuali jika kalian mau membantuku mencari jawabnya. Hehe…
Sekarang kita lanjutkan ceritaku pagi hari ini. Pagi yang penuh dengan keistimewaan. Pagi yang amat berbeda dari biasanya. Setelah selesai melaksanakan sholat kusuf itu, akupun kembali ke kamar untuk melkasanakan sholat sunnah lainya, tahajud dan hajat tepatnya.
Selesai melkasanakan ritual sholat sunnah-sunnah itu, kulanjutkan untuk membaca seikit ayat-ayat suci kalam ilahi yang amat mulia. Hatiku terasa damai saat itu. Entah kenapa, aku seperti merasakan sesuatu yang amat berbeda pagi ini. Terbesit satu perasaan bahagia yang menyelusup ke hati, seolah ini adalah hari aku akan bertemu dengan sesorang yang memang berarti untukku. Tapi entahlah, itu hanya perasaan biasa yang suka ku buat-buat untuk membahgiakan hatiku sendiri.
Selsesai sedikit bertadarus, rasa kantuk yang belum ku penuhi mulai menyyerang. Namun aku tidak mau untuk melayaninya. Hinggakuputuskan untuk membuka notebookku, dan ahirnya terbesitlah satu tulisan, yang mungkin masih amat jauh dari kesempurnaan tentang rutinitasku pagi ini. Inilah tulisan itu. Aku menulisnya di pagi hari saat gerhana bulan muncul, tepat di arah sempurna. Tepat pada pukul tiga dini hari, kamis, tanggal 16 juni 2011.
Namun aku tak berminat untuk melihatnya seperti temanku yang lain, aku lebih tertarik untuk menyelsaikan tulisan pagiku ini, samapi kelar. Dan akhirnya, dengan sedikit memaksa, karena memang mata ini sudah tak sabar untu di ajak terlelap, akhrnya kkuselesaikan juga tulisan pagiku hari ini. Dan cukuplah sampai disini tulisan pagi ini, moga hari esok bias di sambung lagi dengan satu kisah yang lebih menarik dan bermakna lagi. Amiinn…
Akhirnya ku ucapkan, see you later dan ucapakan selamat pagi untuk dunia kita hari ini. Kita awali pagi ini denga senyum tulus dari hati tuk hiasi dunia. Smile…. Love you…
Chaura aL haviny
KARENA KAU SAHABATKU
“Han, aku tidak bisa melakukan semua ini.”, kataku sendu.
“Ra, siapa sih yang mau seperti Ini. Biarpun Hanna tidak bisa memberiku keturunan, tapi aku benar-benar mencintainya dengan sepenuh hatiku. Tak pernah terbesit sedikitpun di hatiku tuk berbagi cinta dengan orang lain selain dia. Biarpun itu denganmu, masa laluku.”, jawabnya.
“Farhan, aku tidak mau menyakiti mas fahri.”, kataku lagi.
“Maafkan sikap istriku ya ra.”, pintanya.
“Aku juga meyayangi sahabatku.”, jawabku sambil menutup telepon tanpa salam.
Aku hanya terdiam. Esok aku akan berbagi cinta dengan suami sahabatku, masa laluku dulu. Dan aku juga akan menyakiti seseorang yang telah lama ku tunggu dan ku cintai. Sahabat terbaiku yang telah lebih dulu menikah, tiga tahun yang lalu. Kini ia akan menjadi saudara, istri seniorku. Aku akan menjadi seorang istri muda dari suaminya. “ Ya Alloh, maafkanlah sikapku jika dalam keputusan yang aku ambil ini ada seseorang yang tersakiti.”, doaku dalam hati.
“Ra, kamu sudah siap? Yuk kita keluar, bang han sudah siap.”, hanna mengangetkanku dari lamunan.
“Eh! Hanna, iya sudah.”, jawabku sambil mengusap sisa-sisa air mata.
“Ra, kenapa kamu menangis. Maafkan aku yah ra, aku harus memaksamu melakukan semua ini.”
“Tidak apa-apa hanna, aku baik-baik saja ko. Asalkan kamu bahagia, aku pasti bahgia. Kita akan saling membantu jka diantara kita butuh bantuan. Kita khan sahabat selamanya.”
“Ra, kamu memang sahabat terbaiku. Mas fahri pasti sangat bangga memilikimu. Tapi maaf sekarang kamu jadi milik kami berdua dulu yah. Makasih banget yah sayangku.”, katanya sambil memeluku erat.
Tiba-tiba dering pribadi di hp-ku berbuyi.
“Katamu kamu cinta kepadaku selamanya, katamu kamu rindu kepadaku selalu, tapi mengapa aku masih ragu. Katamuaku ini cinta terakhir kamu, katamu aku ini cinta dalam hidupmu, tapi mengapa aku masih ragu.”
Aku sangat faham dering ini, dering khusus mas fahri.
“Assalamu’alaikum mas.”
“Wa’alaikumussalam, maaf ini dengan ibu Aira?”, jawab orang di sebrang sana. Bukan suara mas fahri.
Aku mulai cemas, apa yang terjadi?
“Iyah, ada apa yah? Apa yang terjadi dengan pemilik nomor ini?”, tanyaku cemas.
“Ini dengan kantor polisi. Saudara Fahri Yusuf Akbar mengalami musibah, motornya tertabrak sebuah mobil. Sekarang jenazahnya sedang diotopsi di rumah sakit Hasan Sadikin.”
Aku lemas, kupeluk sahabatku erat. Kenapa semua ini menimpaku ya Alloh. Apakah ini jawaban dari perkataan mas fahri tadi pagi, bahwa ia telah mengikhlaskanku, bahwa ia telah menitipkanku pada mas farhan, suami sahabatku. Mas fahri, terimakasih atas semuanya. Semoga aku bisa membantu orang lain dengan segenap kemampuanku. Bahagialah kau di sana.
Kelinci yang tahu!
Suatu hari, seekor kelinci sedang bermain bersama dengan kedua temanya, kura-kura dan siput. Mereka sedang bercerita tentang kota-kota terkenal di Indonesia. Karena besok memang kebetulan aka nada pembelajaran tentang kota-kota besar di Indonesia dengan ibu kupu di sekolah, jadi mereka ceritanya belajar bareng
“Kura, menurut kamu kota yang paling terkenal dan besar di Negara kita tuh apa?”, Tanya kelinci mengawali pembelajaran mereka.
“Bandung.”, jawab kura yakin.
“Kenapa?”, Tanya kelinci lagi.
“Kenapa ajah boleh,Tanya ajah siput, kota apa yang paling dia suka.”
“Owh yah siput, kamu pilih kota apa di Negara kita?”
“Bandung.”, jawab siput singkat.
“Lho, kenapa kalian berdua memilih bandung?”, kelinci mulai penasaran.
“Karena, di bandung itu kalau musim hujan kita tidak bingung untuk mencari tempat tinggal.”, jawab mereka berdua.
“Memangnya kenapa, bukanya di kota-kota lain juga kalian mudah buat nyari tempat tinggal?”
“Karena, banyak banjir di mana-mana, jadi kami tidak perlu pusing-pusing cari sungai. Kalau kamu sendiri gimana?”, Tanya kura pada kelinci.
“Kalau aku akan memilih jogja.”
“Kenapa?”, jawab kura dan siput serentak.
“Karena, dari jogja aku akan mengirimkan bantuan buat mereka, termasuk kalian berdua para korban banjir di bandung.”, jawab kelinci penuh keyakinan.
Kura-kura dan siput pun hanya terangguk-angguk mendengar jawaban si kelinci.
Satu Pesan Terakhir
Suasana
malam di kampung begitu indah dan damai. Di langit bintang dan bulan dengan bahagia
menebarkan kemilaunya. Sungguh, indah sekali. Bunyi kirik jangkrik pun saling
bersahutan. Terdengar merdu di telinga.
Tak tertinggal pula keramaian anak-anak di surau kecil pojok kampung itu. Sungguh
damai terasa.
Sudah
dua hari aku pulang kerumah untuk liburan pra UAS. Dua hari pula aku selalu
pergi bersama teman-temanku. Mereka mengajaku ke acara karnaval di desa kami
selama dua malam ini. Aku pulang sampai rumah paling cepat jam Sembilan.
Seringkali ibu selalu menanyakan kabarku lewat pesan sigkat, namun aku tetap
saja asyik dengan duniaku dan teman-temanku. Tak kuhiraukan bunyi sms di
hapeku, yang sudah ku tebak pasti dari ibu. “mau pulang jam berapa?”, itulah
satu pesan singkat dari ibu. ku jawab dengan sekenanya, “ ngga tahu nanti bu,
gimana temen-temen ajah.”, balasku. Akupun kembali asyik dengan teman-temanku.
Pukul
sepuluh malam, kulihat lampu ruang belakang masih menyala, itu pertanda masih
ada yang belum tidur. Kuketuk pintu itu. Munculah wajah ibu dari balik pintu.
Kulihat ia tersenyum, melihat anak gadisnya pulang. Senyum yang menyejukan
hatiku, menghilangkan rasa takutku sebelumnya, kalu-kalu ibu akan marah karena
kau pulang terlambat lagi. Akupun berjalan masuk dan langsung menuju kamarku.
“sudah
sholat ra?”, ibu kembali mengingatkanku.
“belum
bu, iyah nanti rara istirhat sebentar.”, jawabku.
“sholat
dulu ra, nanti gampang tinggal tidur.”, dengan sabar ibu menanggapi
kemalasanku.
Akhirnya
dengan malas dan rasa dongkol karena ibu yang selalu ngomel, akupun beranjak
dari tempat tidur ke kamar mandi. Kubasuh wajahku, begitu segar.
Akupun
melakasanakan satu kewajibanku malam ini. Dan ibu pun mulai tenang sekarang
karena aku telah melaksanakan satu kewajiban yang tak boleh ditinggalkan
sekalipun. Walaupun aku termasuk remaja yang suka ngelayab kemana-mana, namun
untuk urusan satu ini aku usahakan untuk tidak pernah absen, kecuali jika
memang aku punya halangan yang memang sangat urgent. Aku selalu berusaha untuk
melaksanakanya, walaupun kadang sampai di akhir waktu. Satu pesan ibu yang
takan kulupa selamanya. “tetap laksanaka sholat dimanapun, kapanpun, dan dalam
keadaan bagaimanapun.”
Selesai
sholat isya, setelah merapikan semua anggota badan dan juga ranjang, akupun
bergegas untuk tidur. Masih banyak schedule menumpuk untuk hari esok. Biarpun
aku berencana untuk liburan seminggu ini, tapi dari perasaanku yang paling
dalam aku paling ngga bisa buat ninggalin tugas-tugas aku. Biarpun memang dua
hari ini aku selalu jalan keluar dengan teman-teman lamaku, tapi tetap di
hatiku selalu terfikir tugas-tugas yang menumpuk itu.
Kupaksakan
mataku untuk segera terlelap, namun begitu sulit terasa. Kulihat jam duduk di
mejaku sudah menunjukan hampir tengah malam, pukul setengah dua belas. Mungkin
Karenna terbiasa tidur malam di sana, jadi di kampung pun aku sulit untuk terlelap lebih awal. Ku ambil satu buku
hadiah doorpirize kemaren yang belum sempat ku baca, jadi ku bawa pulang, kali
ajah aku sempat membacanya di rumah. Namun, baru beberapa lembar saja membaca,
pikiranku ternyata sudah tidak konsen lagi. Semua bacaan itu tak ada yang masuk ke otaku.
Akhirnya akupun menyerah. Kubiarkan pikiranku melayang kemanapun mereka mau.
Aku terdiam, entah memikirkan apa. Tiba-tiba aku teringat akan bintang, satu
benda langit kesukaanku. Aku ingat jika tengah malam bintang yang berkilauan
semakin banyak dan sanagt indah. Akhirnya akupun berinisiatif untuk membuka
jendela kamarku, guna melihat bintang itu. Dan ternyata benar saja, saat kubuka
jendela, dan kupandang langit di atas sana, sungguh satu pemandangan yang sangat
menakjubkan. Bintang-bintang itu begitu banyak , membentuk entah rasio apa
saja, tapi ku yakin semua rasio itu pasti akan terlihat pada malam ini. Aku
terlena oleh pemandanagn indah itu, hingga tak terasa ternyata mataku mulai
sayu. Dan aku pun tertidur di jendela, dengan wajah menatap ke luar.
Hembusan
angin pagi membangunanku. Aku terbangun dan kaget, sadar bahwa aku tidur dengan
kepala diluar, akupun segera terjaga dan
kembali ke ranjang. Namun ternyata tuhan berkehendak baik kepadaku. Mataku
sudah tak mau lagi ku ajak tuk terlelap kembali. Hembusan angin pagi yang segar
itu telah membuatku tubuhku segar juga, seolah aku telah beristirahat semalaman
dengan sangat nyenyak. Kulihat jam di mejaku, pukul tiga lebih seperempat.
Akupun pun pergi ke kamar mandi tuk membasuh wajahku. Aku teringat ada seorang
ustad yang bilang bahwa, pada jam jam segini, bagusnya dilakukan untuk sholat
malam, atau sholat tahajud kalau ngga salah. Karena saat itulah kita bisa
mencurahkan semua isi hati kita pada sang rabb. Dan itu juga termasuk sumber
dari pada kesuksesan yang sebenarnya. Akupun berusaha untuk melaksanakannya
dengan ilmu yang aku ketahui. Kurasakan kedamaian yang sangat di hatiku.
Kedamaian yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Akupun begitu lancar berdoa
dan mencurahkan semua keluh kesah yang selama ini selalu kusimpan dalam hati,
yang sejak dulu sangat sulit untuk kuungkapkan pada siapapun, sekalipun itu
pada ibuku. Namun saat ini, entah mengapa aku begitu lancar mengungkapkanya
pada sang Maha. Hatiku begitu tenang dan plong kurasakan. Tak lupa pula
kupanjatkan doa untuk ibu dan ayah tercinta. Ayah yang telah mengahdapNya beberapa tahun silam,
saat aku kecil.
Setelah
itu, dengan tanpa kuperintahkan tanganku
meraih benda mungil yang hampir paling jarang kusentuh. Mushaf miniku.
Aku pun terlena dengan kalimat-kalima mu’jizat yang sedang kubaca ini. Hatikku
semakin tenang dan damai. Hingga tak terasa adzan subuh telah berkumandang.
Akupun bergegas menuju surau untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Kulihat
ibu mlangkahkan kakinya menuju masjid. Kupun mencoba tuk mensejajari
langkahnya.
“rara,
kamu sudah bangun?”, ibu terlihat kaget melihatku yang tak biasanya bangun
sepagi ini.
“iyah
bu, Alhamdulillah.”, tak kurasa lidahku pun ikut mendukung sikapku pagi ini.
“Alhamdulillah
nak, akhirnya kau bisa juga lebih baik lagi.”
Akupun
tersenyum mendengar pujian ibu. kami melangkah bersamaan menuju surau.
Selepas
sholat subuh, setelah bertadarus beberapa lembar, kucoba tuk membuka notebookku
yang sudah dua hari ini terlantarkan dilemari. Akupun mencoba tuk menulis
apapun yang ada dlaam pikiranku saat ini. Semunya mengalir begitu lancar,
seperti air terjun di pegunungan yang tak ada rintangan sedikitpun. Akhirnya akupun
berhasil menciptakan satu buah cerpen pagi ini. Alhamdulillah.
Tak
terasa dua jam aku berkutat di depan notebook, dan jam sudah menunjukan pukul
tujuh pagi. Aku teringat ibu, aku belum membantunya pagi ini. Aku pun bergegas
membereskan kamarku, dan segera menuju dapur. Kulihat ibu sudah siap dengan
setelan kesayangnya untuk berangkat ke sawah.
“ibu
sudah mau berangkat?”, tanyaku.
“iyah
ra, kamu jaga rumah yah, ibu belum sempat bersih-bersih tadi, jadi tolong
disapukan sama kamu yah.”, pinta ibu lembut.
“iyah
bu, biar nanti rara yang bersihin rumah, maaf tadi rara ngga bisa bantu ibu
masak, rara kelupaan di kamar.”
“iyah
ngga apa, ibu juga ngga banyak ko masaknya, Cuma sayur kangkung dan tempe goreng.
Nanti kalau kamu mau makan, tapi kurang cocok, kamu boleh menggoreng telur,
atau apa saja yang kamu suka.”
“iyah
ibu, makasih yah.”, kucium tangan ibu sambil tersenyum.
“ya
udah sayang, ibu pergi dulu, sudah di tunggu ibu-ibu yang lain di depan sana.”
“
iyah ibu.”
Kupandangi
kepergian ibu, sampai di belokan depan rumah. Selepas ibu pergi, akupun
bergegas untuk membereskan dan membersihkan rumah. Pukul sepuluh pagi semua
pekerjaan itupun akhirnya terselesaikan. Akupun segera mandi untuk menyegarkan
badanku. Selepasnya, setelah sholat duha beberapa rakaat, aku kembali mebuka
notebook. Kucoba tuk menulis lagi. Awalnya mau menyelesaikan tugas yang masih
tertagguhkan, namun ternyata otak belum bisa di ajak untuk berfikir serius,
akhirnya akupun menulis apapun yang ingin kutulis.
Menjelang
duhur, sayup-sayup dari dalam kamar, kudengar adas suara orang mengucapakan
salam dari luar. Akupun keluar untuk memastikan siapa yang bertamu siang-siang
seperti ini. Ternya mang Hamdi, tetangga sebelah rumah.
“waalaikumussalam,
ada apa ya mang?”, tanyaku sambil menjawab salamnya.
“anu
ra, ibu kamu.”, katanya terbata-bata.
Akupun
mulai khawatir, apa yang terjadi pada ibu,kenapa mang hamdi terlihat sangat
khawatir. “ ada apa mang, apa yang tejadi sama ibu?”, tanyaku buru-buru.
“anu
ra, ibu kamu, tadi pas pulang dari sawah, waktu mau nyebrang, keserempet
motor.”, jawabnya.
Akupun
lemas, hatiku entah bicara apa, otaku tak tahu apa yang sendang kupikirkan
sekarang, aku khawatir dan takut hal buruk terjadi pada ibu. aku tekulai lemas
di depan pintu.
“ra.
Kamu ngga pa-pa, sekarang ibu kamu di puskesmas, kalau kamu mau kesana, biar
saya antar pakai sepeda. Ma’lum, saya belum punya motor.”, tawarnya tulus.
Akupun
hanya mengangguk mengiyakan ajakannya. Aku duduk dibelakang sepedanya. Iapun
mengayuh dengan sangat cepat, melebihi kecepatan biasanya. Kulihat di sepanjang
jalan orang-orang melihatku dengan mimic yang sangat mengharukan, memberi
simpati.
Setengah
jam perjalanan menggunakan sepeda mang Hamdi, akhirnya kami sampai di depan
puskesmas desa. Akupun lagsung berlari mencari ibu. namun tak kulihat ada ibu
di ruang pasien. Aku bertemu dengan dokter yang berugas siang itu.
“dok,
lihat ibu saya, ibu yang terserempat motor dari sawah?”, tanyaku.
“owh
ibu Fatimah? Beliau dipindah rawat di
klinik kecamatan, karena lukanya serius.”, jawabnya.
Akupun
segera pergi untuk ke klinik. Kulihat mang Hamdi masih menungguku diluar. “ada
apa neng, ibu imah baik-baik saja?”, tanyanya/
“
ngga tahu mang, ibu di pindah rawat ke kecamatan.”, jawabku cepat.
“gimana
atuh neng, mau amang anter lagi naik sepeda?”
“ngga
usah mang, kecamatan jauh, biar rara naik ojek saja. Mang pulang ajah ngga
apa-apa, kasihaan bi halimah nungguin.
“owh,
ya sudah atuh neng, baik-baik yah neng, kita sama orang kampung pasti doain
yang tebaik buat ibu neng.”
“iyah
mang, terimakasih banyak.”
Akupun
bergegas mencari tukang ojeg terdekat. Alhamdulillah, tak sulit menemukan
tukang ojeg di kampungku, karena kebnyakan warga di sini bermatapencahrian
ojeg, sebagai sambilan saat nganggur di sawah.
Aku
segera menuju ke kecamatan, tempat ibu di rawat. Namun takdir siapa yang tahu.
Sesampainya di klinik kecamatan, kulihat ibu-ibu yang tadi pagi berangkat
kesawah bersama ibu tengah duduk tertunduk di kursi tunggu. Akupun segera
mengahmpiri mereka. Kutanyakan kabar ibu. namun mereka hanya diam dengan wajah
sendu. Tiba-tiba, ibu zainab, teman ibu yang paling dekat dengan ibu memeluku.
Erat.
“ra,
yang sabar yah sayang, semua yang allh berikan pasti yang terbaik buat kita
semua. Alloh tidak akan menyia-nyiakan hambanya di dunia ini.”, katanya.
Akupun
bingung, tak faham apa maksud dari perkataan ibu zainab itu. “ada apa
sebenarnya ibu, apa yang terjadi sama ibu rara”, tanyaku sambil menangis.
Beliaupun
memeluku semakin erat. “sabar yah sayang.”, katanya sambil mengelus pundaku
lagi.
Aku
tersadar.”tidaaaaaakkkkkk, ibuuuuuuuuuuu.”
Aku
segera lari ke kamar tempat ibu dirawat sebelumnya. Kulihat tubuhnya terbujur
kaku, dengan kain putih di atasya. Aku lemas. Lunglai. Aku terduduk dilantai
dengan tangis yang semakin tak bisa kubendung lagi. Ibu zainab pun memasuki
kamar dan memeluku lagi. Dengan penuh keibuan, beliau menenangkanku.
Akhirnya,
setelah aku agak tenang, jenazah ibupun diantar kerumah dengan mobil yang ada
di kecamatan. Belum ada fasilitas ambulance di kampungku saat itu.
Sesampainya
di rumah, kulihat sudah banyak orang yang berkumpul di depan rumah. Kulihat bude
Aisyah dan keluarganya dari kecamatan sebelah telah hadir di antar semua orang
tu. Beliau segera menjemputku detelah kami turun dari mobil, aku dipeluknya begitu
erat.
Selesai
prosesi pemakaman, aku kembali kerumah bersama dengan bude. Hanya budelah
saudara terdekat ibu. satu lagi saudara laki-lakinya tinggal di kalimantan, dan
belum bisa hadir untuk sekarang ini. Ibu adalah anak bungsu dari tiga bersaudar
di keluarganya. Masa hidupnya ia habiskan bersamaku dan almarhum ayah yang
telah lebih dulu berpulang kepadaNya. Kini beliau pun telah menyusul ayah ke
pangkuan sang ilahi.
Akupun
menambah izin pulangku seminggu lagi, Alhamdulillah mendengar kabar buruk yang
terjadi semua dosen bisa memakluminya. Setelah seminggu kepulangan ibu ke rahmatullah,
aku segera kembali ka bandung untuk menyelesaikan tugasku sebagai mahasiswa.
Rumah ku titipkan pada mang hamdi dan bi halimah, tetangga terdekatku. Mungkin
aku akan pulang sebulan sekali untuk menengoknya. Sementara bude aisyah sudah
pulang juga pagi pagi,sama di hari aku berangkat juga.
Sesampainya
di bandung, kurasakan satu kehidupan lain yang masih terasa asing bagiku.
Kehidupan yang belum prnah dan tak pernah ku sangka sebelumnya, bahwa aku akan
menjadi seorang remaja yatim piatu. Ciuman tanganku ada ibu yang terkahir pagi
itu. Juga sms terakhir yang ibu kirimkan malam sebelumnya. Aku pasti akan rindu
dengan sms ibu yang selalu menanyakan kabarku, menanyakan kapan aku akan
pulang, mengingatkanku saat aku sibuk,
untuk beristirahat sejenak, sholat. Aku pasti akan meridukan itu. Pasti
dan sangat.
Ibu,
ayah, terimakasih atas semua yang telah kau berikan padaku, semoga alloh selalu
memberikan kesehatan padamu ibu dan ayah, juga memberikan umur yang panjang.
Terimakasih atas semua kasih sayang yang kaalian curahkan padaku. Cintamu takkan
pernah tergantikan oleh apapun dan siapapun. Kesejukanya, lebih sejuk dari pada
embun di pagi hari. Luasnya, lebih luas dari pada lautan yang Tuhan
persembahkan pada kita di dunia ini. Kaulah segalanya bagiku ibu, kaulah
pelindungku ayah. Takkan ada yang bisa
menggantik kalian u di hatiku. Love you mom and paph. J
From
your daughter in Bandung.
Minggu,
“duapuluhsembilan mei duaribusebelas”
_cHa_
“chaura aL haViny”
Kau begitu
sulit tuk ku raih
Berjam-jam
aku menunggu
Hingga malam
menjelang
Telah ku
alihkan perhatianku
Agar aku tak
memikirkanmu lagi
Namun semua
itu sia-sia saja
Aku tetap tak
bisa tuk lepas dari pikiran tentangmu
Oh Moch
Bashory
Di manakah
dirimu kini
Diriku
menanti saat ini
Untuk
terhubung pada lini duniawi
Hehe…
June “11,
22:30 WIB
Ditulis
sambil menunggu akses internet gratis. Hehe…
WAKTU=TIME.....???
Waktu? Emang apaan sih waktu itu?
Pastinya kita pada ngga aneh khan dengan
kata waktu ini. Satiap hari kita hidup
ini bersama dengan waktu, tanpa waktu ngga bakalan ada kehidupan di
dunia ini. Karena dalam hidup kita ditentukan oleh waktu. Sampai kiamat pun ada
waktunya. Lalu gimana nih cara kita membuat waktu itu biar ngga jadi sesuatu
yang sia-sia?
Di sini aku fu’ah bakalan nuliis tentang
waktu yang ada kaitanya sama sholat duha. Tahu khan?
Kita pasti tahu and hafal surat A-Duha khan?
Nah, surat ad-duha ini diturunkan sama
Alloh waktu itu berkaitanenj dengan
kejadian yang saat itu Alloh lagi menjeda dulu menurunkan wahyunya. Nah, saat
itu kesempatan ini dijdikan ajang sama orang-orang kafir buat mengolok-olok
nabi kita Muhammad SAW, beliau diolok-olok bahwa wahyu Alloh sudah ngga turun
lagi sama beliau, akhirnya beliaupun sedih. Akhirnya, karena Alloh itu maha
penyayang dan tidak mau melihat kekasihnya bersedih, dia menurunkan wahyunya
yang berbunyi dalam QS. Ad-Duha ayat 1-3, yang artinya:
“Demi waktu saat matahari naik sepenggalan.
Dan demi malam apabila telah
. Tuhanmu itu tidak meninggalkan kamu dan
tidak pula benci kepadamu.”
Dari ayat itu dijelaskan bahwa Alloh itu
selalu menyertai kita, kapanpun dan di manapun. Dari ayat yang pertama kittahu
bahwa itu adalah waktu duha dimana kita sedang sibuk-sibuknya dengan aktivitas
kita. Alloh mengingatkan kita untuk beristirahat sejenak, untuk mengingatnya.
Selain itu juga, dalam sholat duha itu Alloh memberika balasan kepada kita
bahwa dua rookaat sholat duha itu sama halnya dengan kita bersodaqoh pada
sendi-sendi dalam tubuh kita sebanyak 1000 kali lipat. Sedang sandi dalam tubuh
kita itu berjumlah 360, jadi jika dikalikan 1000 menjadi 360.00 per hari. Nah
itu hanya dua rakaat, yang tidak memerlukan waktu yang lama, apalagi jika
lebih. Pasti lebih banyak lagi,coba dihitung yah.
Jadi, selain kita dianjurkan bersodakoh
sama fakir miskin, kita juga dianjurin buat sodaqoh sama sendi-sendi yang ada
dalam tubuh kita, yang selalu membantu kita dalam bekerja, beraktivitas, dan
beribadah sehari-hari.
Di ayat kedua kita juga diingetin buat
mengingat Alloh di malam yang sudah sunyi dan hening, karena pada saat-saat
itulah malaikat alloh turun ke bumi untuk memberikan rahmat Alloh pada mereka
yang terjaga saat itu. Karena pada saat seperti itulah kita bisa khusyu dan
sungguh sungguh dalam berkomunikasi dngan Alloh. Hingga kahirnya kita bisa
merasakan ketenangan yang luar biasa.
Dari ayat yang ketiga, kita diberitahu oleh
alloh bahwa dirinya tidak pernah meninggalakan kita, Dia selalu ada mneyertai
kita, kapanpun dan di manapun. Saat kita mendekat kepada alloh sejengkal saja,
alloh mendekat pada kita satu depa atau sepanjang tangan kita. Saat kita
mendekat pada Alloh dengan berjalan, Alloh mendekat kepada kita dengan berlari.
Begitulah cinta Alloh kepada hambanya, dua kali lipat cinta kita pada Alloh.
Begitu maha penyayangnya Alloh.
Maka, dari semua penjelasan itu, kita
diperingatkan untuk selalu menjadikan waktu kita menjadi sesuatu yang berharga,
agar tidak menjadi sia-sia. Juga, kita diingatkan untuk senantiasa ditemui olah
Alloh. Kata ditemui ini berarti bahwa mita harus bisa menjadi hamba Alloh yang
layak untuk disapa dan ditemui oleh Alloh tuhan kita. Karena jika kita yang
mencari dan menemuinya itu begitu sulit, karen Dia begitu maha besar dan maha
segalanya, sehingga kita mungkin tidak mempu untuk menemuinya. Mka dari itu
kita harus menjadi hambanya yang layak dan pantas walaupun hanya sekedar disapa
olhhNya. Amiin...
“Jadiknlah waktumu sebagai
sesuatu yang dapat kau manfaatkan. Dan
janganlah kamu dimanfaatkan
oleh waktumu.”
Wassalaam...:))
By.
cHa
v
Cinta Chery
Malam itu langit begitu bahagia. Para bintang dengan cerahnya bertaburan hingga malam menjelang. Sedang sang rembulan dengan malu-malu menyeruak saat keheningan malam menjemput, menambah kebahagiaan langit malam itu. Begitupun diriku, setelah kemarin andi sahabatku mengungkapkan perasaanya padaku, akupun merasa bahagia bagai seorang gadis kecil yang begitu ceria mendapatkan lollipop dari mamahnya. Andi adalah sahabat terbaiku sejak kecil. Kami sempat hilang kontak saat kami lulus dari sekolah dasar. Ia melanjutkan pendidikanya ke Surabaya, karena tugas resmi ayahnya yang tak bisa ditunda lagi. Hingga kemudian, tak terduga takdir mempertemukan kita lagi. Secara tidak sengaja saat acara pengenalan mahsiswa di kampus tempat kami belajar sekarang, ada seorang laki-laki yang dengan gagahnya naik ke panggung untuk mennjukan talentanya. Aku yang kebetulan duduk dibarisan paling depan, terkejut mengenal jelas wajahnya. Iapun sama, saat melihatku terkejut, mengenaliku. Dari situlah, hubungan kita mulai tersambung lagi. Satu semester kami jalani perkuliahan sebagai mahasiswa baru. Hampir setiap hari kami jalan bersama dan melakukan hal-hal menarik berdua. Kita kebetulan satu fakultas, hanya berbeda jurusan saja. Dia jurusan TI, sedangkan aku fisika sains. lebih mempermudah komunikasi kita lagi. Dirinya pun telah mengenal dekat keluargaku lagi. Ayah yang berpindah tugas ke kota kembang setahun yang lalu, mempermudah pendidikanku. Aku tak perlu jauh-jauh pulang ke subang untuk PP kampus-rumah. Selama satu semester itulah hubungan kami semakin erat, hingga di awal semester genap, setelah menghabiskan liburan panjang selama satu bulan di kampungnya, seminggu setelah perkuliahan dimulai, dia mengungkapkan perasaanya padaku. “Han, sudah lama aku ingin mengungkapakan ini, tapi baru kali ini aku berani tuk berbicara langsung padamu. Aku suka sama kamu han. Jauh hari saat kita masih ingusan. Maukah kau jadi gadisku?”. Kalimat itulah yang begitu melekat dalam hatiku. Andi, pearku, sahabat kecilku dulu, menyukainku. Bahkan ia menyimpan perasaanya sejak kita belum tahu apapun tentang hidup ini, apalagi cinta, tak pernah terbesit di hatiku. Malam ini pun, biarpun jam duduk dimejaku sudah meunjukan pukul setengah dua belas, hampir mendekati midnight, aku belum juga bisa memejamkan mataku. Kata-katanya selalu terngiang di telingaku, membuatku sulit tuk terlelap. Akhirnya, karena lelah menunggu mata yang tak mau di ajak kompromi, aku memutuskan untuk duduk di kursi dekat jendela kamarku. Kusibak tirai dan kubuka sedikit jendela untuk sekedar menghirup dinginnya udara malam. Kulihat beribu-ribu bintang bertaburan di langit. Begitu indah. Bandung yang jarang sekali sudi untuk menampakan bintang yang selalu memelas untuk menampakan keindahanya, kini dengan tulus mempersilahkan bintang dan rembulan malam itu dengan bebas mengekspresikan keidahan yang luar biasa. Indah dan akupun bahagia. “hai”, sapanya pagi itu. Mengagetkanku. Aku begitu terpana melihatnya. Ia begtu gagah dengan setelan kemeja coklat dipadu dengan jeans hitamnya. Senyumnnya menyejukan pagi yang dingin. “chery, ko bengong sih?”, tanyanya dengan panggilan sayangnya padaku, sambil mengibaskan tanganya di depan wajahku. Aku tersadar. “owh, eh maaf. Pagi juga pear.” “pagi-pagi dah ngelamun, kesurupan gimana ??”, candanya. “ngedoain? Kalau aku kesurupan, berarti setannya kamu. Hehe.”, jawabku. “bisa ajah kamu jawabnya. Gimana pertanyaan ku kemaren?”, tanyanya to the poit. Aku memang tidak langsung menjawab permintaanya kemarin. Aku masih harus memikirkanya. Ada sebersit rasa takut dalam hatiku, kalau-kalau hubungan itu bisa merusak kedekatan persahabatan kami. “aku takut pear.”, jawabku jujur. “kenapa my chery, adakah yang kurang dari diriku? Ada yang menyeramkan?” “bukan gitu pear, kamu ngga kurang satu apapun. Juga tidak menyeramkan sama sekali.” “lalu?” “aku takut persahabatan kita bakalan hancur kalau kita melakukan hubungan ini.”, jawabku. “tenang aja chery, persahabtan kita ngga bakalan kenapa-napa. Hubungan yang kita jalin pun ngga akan berdampak apapun pada persahabtan kita. Malahan bisa jadi pijakan buat kita, karena kita sudah saling tahu diri kita berdua satu sama lain.”, jawabnya meyakinkanku. “kamu yakin?” “iya cheryku, manisku, yang paling imut, kaya semut. Aku yakin banget, seratus persen malah. Ok, sekarang kita jadian yah? Kamu mau nerima aku jadi cowo kamu?”, ucapnya sambil menunjukan kelingkingya. Janji kami berdua. Akupun mengangguk. Dia memeluku erat. “terimakasih cheryku”, ucapnya. *** Dua tahun berlalu. Kami jalani hubungan kami sebagai sepasang kekasih. Alhamdulilah, tak ada masalah serius yang terjadi diantara kami. Pertengkaran-pertengkaran kecil berhasil kami atasi. Hingga akhirnya, suatu hari aku berkenalan dengan teh airyn, seorang muslimah sejati yang begitu anggun. Beliau begitu menjaga tubuh, pandangan dan hatinya. Pakaianya selalu lebar dan longgar menutupi setiap lekuk tubuhnya. Pandangan matanya pun begitu terjaga. Tak pernah kulihat dia menatap wajah ikhwan yang berbicara denganya. Hatinya pun begitu lembut. Berbeda denganku. Biarpun aku memakai baju lengan panjang, tapi bajuku ketat, dan celana jeans yang kupakai masih menampilkan lekuk tubuhku. Juga mahkotaku yang belum kututupi dengan sehelai kain yang sangat mulia, jilbab. Suatu hari, setelah mengikuti seminar keputrian kami ngobrol di teras masjid kampus kami. Aku yang kebetulan memang sedang menunggu andi menjemputku, sedangkan ia memang masih ada kegiatan di masjid setelah maghrib nanti. “hani, bagaimana tadi seminranya. Apa yang kamu dapat?”, tanyanya. “gitu aja yah teh, sebagai seorang wanita, kita ngga boleh jadi orang yang lemah. Kita harus kuat, karena kita nantinya akan menjadi seorang pemimpin di rumah kita, bagi anak-anak kita nantinya.” Jawabku sekenanya, menurut apa yang aku dengar tadi. Karena kebetulan, aku ikut seminar itu juga untuk mengisi kekosongan jadwalku saja, dosen berhalangan hadir, sedang andi masih lama lagi menjemputku. “benar sekali. Menurut hani sendiri, wanita yang kuat itu yang kaya gimana?” “wanita yang kuat itu tidak cengeng”, jawabku sekenanya lagi." Ia pun menanggapi jawabanku dengan uraian yang panjang . dari semua tanggapannya atas jawabanku, ada satu kalimat yang begitu membuataku kaget, karena aku belum pernah tahu sebelumnya. “han, benar memang wanita yang kuat adalah wanita yang tidak mudah menangis’, jawabnya lembut. “namun selain dari itu, wanita yang kuat adalah wanta yang bisa menjaga dirinya dari perbuatan ma’siat yang dibenci oleh alloh. Juga wanita yang bisa menjaga sesuatu yang paling berharga di dirinya, yang hanya akan diberikan nanti setelah kita menikah dalam ikatan suci yang diridhoi oleh alloh, padanyalah hati dan raga kita esok kita curahkan.” “maksudnya?”, tanyaku meminta penjelasan. “maksudnya, gadis solehah yang selalu menjaga aurat juga hatinya. Dia tidak mengumbar keduanya sembarangan pada laki-laki. Hanya pada suaminya ia akan berikan semua itu.” “jadi orang yang pacaran itu lemah? Itu maksud teteh?”, tanyaku. “teteh ngga bilang kaya gitu. Hanya saja mereka belum kuat untuk menahan hawa nafsu mereka.” Kami ngobrol panjang lebar, hingga andi menjemputku tepat saat adzan maghrib berkumandang. Dari situlah aku mendapatkan tetes-tetes hidayah yang begitu sejuk bagai embun di pagi hari, yang tak pernah kutemukan sebelumnya. *** Esok harinya, setelah obrolan panjangku dengan teh airyn, aku merubah penampilanku seratus delapan puluh derajat. Aku kini mencoba untuk berpakaian anggun sepertinya. Biarpun awalnya memang begitu aneh dan tidak nyaman , juga andi yang bersikeras tidak setuju dengan penampilan baruku itu, namun aku tetap betahan. Selain itu juga, aku meminta hal yang sangat membuatnya terkejut. Dan itu semakin menambah ketidaksetujuanya pada penampilanku itu. Aku mengajukan permintaan itu seminggu setelah aku merubah penampilan. Hingga suatu hari, melihatku yang tetap tidak mau berubah kembali seperti semula, ia menghampiriku di lab saat sedang praktikum .“cher, kamu masih tetap teguh dengan pendirian kamu?”, tanyanya. “iya an, aku ngga akan bisa merubah keputusanku. Terserah kamu mau menrima atau tidak, tapi itulah kenyataanya.”, jawabku. “okelah kalau memang itu maumu dan bisa membuatmu bahagia. Aku ngga bakalan memaksa kamu. Tapi kamu harus tahu dan ingat selalu, aku ngga akan lelah buat mendapatkan dirimu meski apapun yang terjadi.”, jawabnya sambil meletakan sebuah bingkisan kecil di meja praktikku. “aku akan pergi satu bulan lagi, ayah memintaku unntuk melajutkan kuliahku di ausy semester depan.”, Lanjutnya. Ia pun pergi meninggalkan ruang praktikum. Aku hanya diam memandang punggungnya yang hilang dibelokan lirong sana. Sebuah bingkisan kecil tergeletak di depanku. Sebulan setelah peristiwa itu, aku tak pernah lagi berhubungan denganya. Tak ada kabar apapun tentangnya. Kami kehilangan kontak lagi. Mungkin karena kami sedang sibuk mengurus ujian akhir, hingga ia pun tak sempat untuk sekedar menyapaku lewat pesan singkat sekalipun. Seperti yang dilakukanya dulu saat kami masih punya hubungan special. Semingu setelah UAS berakhir, tak sengaja aku melihatnya berjalan bareng ka ilham, seniorku di organisasi baruku ini, LDM. Mereka berjalan keluar dari ruang sekretariat ikhwan. Setelah itu aku tak pernah menjumpainya lagi, baik di kampus ataupun di rumah. Hingga seminggu setelah aku melihatnya jalan bersama seniorku, satu pesan singkat masuk di layar inboxku, darinya. “assalamualaikum, hani gadis berpipi apel semerah chery, esok pagi aku akan berangkat ke ausy, seperti janjiku saat itu. Aku harap kamu dapat meridhoi kepergianku dengan setetes maaf darimu atas semua salah dan khilafku padamu selama ini. Izinkanlah aku untuk mencari secercah cahaya juga sepertimu agar aku bisa layak untuk menjadi imammu kelak, menjadi ayah dari anak-anakmu, dan kaupun sudi tuk jadi bidadariku di dunia dan akhirat. Maafkanlah semua salah dan khilafku. Maafkan aku yang tak bisa melenyapkan rasa cinta di hatiku ini padamu. Jadi kumohon, bersabarlah kau untukku. By pear.” Tak terasa butiran bening mengalir di kedua belah pipiku. “alaykumusalam. iya pear, aku akan setia menunggumu hingga kau berhasil memperoleh hidayah itu. Doa dan cintaku kan selalu menyertaimu juga. Awalilah langkahmu dengan menyebut asmanya, bismillah.”, jawabku mereply pesan singkatnya. Teringat aku akan bingkisan kecil yang belum sempat ku lihat isinya saat itu. Aku pun mengambilnya dari dalam laci, dan kubuka. Ternyata al-qur’an mini dengan warna gold. Begitu indah. Akupun memeluknya. “semoga ia berhasil mendapatkan hidayah itu dan bisa menjadi penerang dan pelengkap kehidupanku nanti seperti al-qur’an ini, petunjuk dan penerang umat muslim setelah sang rasul wafat.”, doaku dalam hati. Keesoka harinya, saat sedang menyebrang kekampus tak terduga olehku ada sebuah motor yang melaju sangat kencang, dan akupun tak bisa tuk menghindarinya. Aarrrrgggghhhhhhhh……..alohhuakbarrrr…. Tubuhku terpental. Aku merasakan pusing yang amat sangat di kepalaku. Kulihat bayangan putih menghampiriku, mengulurkan tanganya padaku. Akupun menerima uluran tangan itu. Terlintas satu wajah yang selama ini tak kunjung lelah menantiku, andi my pear. Aku pergi meninggalakan tubuhku yang berlumuran darah. Aku melihat orang-orang mengangkaktku ke dalam ambulance. Kulihat teh airyn berlari dengan terburu-buru kearahku. Namun aku tak bisa tuk meraihnya, dia tembus begitu saja melewatiku yang berdiri tepat di arah menuju ambulance, tempat tubuhku di baringkan. Aku tak bisa berbincang lagi denganya dan dengan orang-orang yang mengelilingi tubuhku. Aku sadar, malaikat tuhan telah menjemputku tuk menghadap kepadaNya. “pear, terimakasih kau telah mencurahkan cinta tulusmu itu untukku. Semoga kita bersatu esok disurga sebagai pasangan yang kekal dan abadi.”, ku titipkan pesan terakhirku pada angin yang berhembus sore itu. Akupun melangkah terus mengikuti bayangan putih itu. Selamat tinggal pear. Doa dan cintaku kan selalu menantimu hingga ke surga nanti. Love you…. Bandung, 21 mei 2011 Ma’had al-jami’ah UIN SGd bandung. By. Chaura aL haViny
Malam itu langit begitu bahagia. Para bintang dengan cerahnya bertaburan hingga malam menjelang. Sedang sang rembulan dengan malu-malu menyeruak saat keheningan malam menjemput, menambah kebahagiaan langit malam itu. Begitupun diriku, setelah kemarin andi sahabatku mengungkapkan perasaanya padaku, akupun merasa bahagia bagai seorang gadis kecil yang begitu ceria mendapatkan lollipop dari mamahnya. Andi adalah sahabat terbaiku sejak kecil. Kami sempat hilang kontak saat kami lulus dari sekolah dasar. Ia melanjutkan pendidikanya ke Surabaya, karena tugas resmi ayahnya yang tak bisa ditunda lagi. Hingga kemudian, tak terduga takdir mempertemukan kita lagi. Secara tidak sengaja saat acara pengenalan mahsiswa di kampus tempat kami belajar sekarang, ada seorang laki-laki yang dengan gagahnya naik ke panggung untuk mennjukan talentanya. Aku yang kebetulan duduk dibarisan paling depan, terkejut mengenal jelas wajahnya. Iapun sama, saat melihatku terkejut, mengenaliku. Dari situlah, hubungan kita mulai tersambung lagi. Satu semester kami jalani perkuliahan sebagai mahasiswa baru. Hampir setiap hari kami jalan bersama dan melakukan hal-hal menarik berdua. Kita kebetulan satu fakultas, hanya berbeda jurusan saja. Dia jurusan TI, sedangkan aku fisika sains. lebih mempermudah komunikasi kita lagi. Dirinya pun telah mengenal dekat keluargaku lagi. Ayah yang berpindah tugas ke kota kembang setahun yang lalu, mempermudah pendidikanku. Aku tak perlu jauh-jauh pulang ke subang untuk PP kampus-rumah. Selama satu semester itulah hubungan kami semakin erat, hingga di awal semester genap, setelah menghabiskan liburan panjang selama satu bulan di kampungnya, seminggu setelah perkuliahan dimulai, dia mengungkapkan perasaanya padaku. “Han, sudah lama aku ingin mengungkapakan ini, tapi baru kali ini aku berani tuk berbicara langsung padamu. Aku suka sama kamu han. Jauh hari saat kita masih ingusan. Maukah kau jadi gadisku?”. Kalimat itulah yang begitu melekat dalam hatiku. Andi, pearku, sahabat kecilku dulu, menyukainku. Bahkan ia menyimpan perasaanya sejak kita belum tahu apapun tentang hidup ini, apalagi cinta, tak pernah terbesit di hatiku. Malam ini pun, biarpun jam duduk dimejaku sudah meunjukan pukul setengah dua belas, hampir mendekati midnight, aku belum juga bisa memejamkan mataku. Kata-katanya selalu terngiang di telingaku, membuatku sulit tuk terlelap. Akhirnya, karena lelah menunggu mata yang tak mau di ajak kompromi, aku memutuskan untuk duduk di kursi dekat jendela kamarku. Kusibak tirai dan kubuka sedikit jendela untuk sekedar menghirup dinginnya udara malam. Kulihat beribu-ribu bintang bertaburan di langit. Begitu indah. Bandung yang jarang sekali sudi untuk menampakan bintang yang selalu memelas untuk menampakan keindahanya, kini dengan tulus mempersilahkan bintang dan rembulan malam itu dengan bebas mengekspresikan keidahan yang luar biasa. Indah dan akupun bahagia. “hai”, sapanya pagi itu. Mengagetkanku. Aku begitu terpana melihatnya. Ia begtu gagah dengan setelan kemeja coklat dipadu dengan jeans hitamnya. Senyumnnya menyejukan pagi yang dingin. “chery, ko bengong sih?”, tanyanya dengan panggilan sayangnya padaku, sambil mengibaskan tanganya di depan wajahku. Aku tersadar. “owh, eh maaf. Pagi juga pear.” “pagi-pagi dah ngelamun, kesurupan gimana ??”, candanya. “ngedoain? Kalau aku kesurupan, berarti setannya kamu. Hehe.”, jawabku. “bisa ajah kamu jawabnya. Gimana pertanyaan ku kemaren?”, tanyanya to the poit. Aku memang tidak langsung menjawab permintaanya kemarin. Aku masih harus memikirkanya. Ada sebersit rasa takut dalam hatiku, kalau-kalau hubungan itu bisa merusak kedekatan persahabatan kami. “aku takut pear.”, jawabku jujur. “kenapa my chery, adakah yang kurang dari diriku? Ada yang menyeramkan?” “bukan gitu pear, kamu ngga kurang satu apapun. Juga tidak menyeramkan sama sekali.” “lalu?” “aku takut persahabatan kita bakalan hancur kalau kita melakukan hubungan ini.”, jawabku. “tenang aja chery, persahabtan kita ngga bakalan kenapa-napa. Hubungan yang kita jalin pun ngga akan berdampak apapun pada persahabtan kita. Malahan bisa jadi pijakan buat kita, karena kita sudah saling tahu diri kita berdua satu sama lain.”, jawabnya meyakinkanku. “kamu yakin?” “iya cheryku, manisku, yang paling imut, kaya semut. Aku yakin banget, seratus persen malah. Ok, sekarang kita jadian yah? Kamu mau nerima aku jadi cowo kamu?”, ucapnya sambil menunjukan kelingkingya. Janji kami berdua. Akupun mengangguk. Dia memeluku erat. “terimakasih cheryku”, ucapnya. *** Dua tahun berlalu. Kami jalani hubungan kami sebagai sepasang kekasih. Alhamdulilah, tak ada masalah serius yang terjadi diantara kami. Pertengkaran-pertengkaran kecil berhasil kami atasi. Hingga akhirnya, suatu hari aku berkenalan dengan teh airyn, seorang muslimah sejati yang begitu anggun. Beliau begitu menjaga tubuh, pandangan dan hatinya. Pakaianya selalu lebar dan longgar menutupi setiap lekuk tubuhnya. Pandangan matanya pun begitu terjaga. Tak pernah kulihat dia menatap wajah ikhwan yang berbicara denganya. Hatinya pun begitu lembut. Berbeda denganku. Biarpun aku memakai baju lengan panjang, tapi bajuku ketat, dan celana jeans yang kupakai masih menampilkan lekuk tubuhku. Juga mahkotaku yang belum kututupi dengan sehelai kain yang sangat mulia, jilbab. Suatu hari, setelah mengikuti seminar keputrian kami ngobrol di teras masjid kampus kami. Aku yang kebetulan memang sedang menunggu andi menjemputku, sedangkan ia memang masih ada kegiatan di masjid setelah maghrib nanti. “hani, bagaimana tadi seminranya. Apa yang kamu dapat?”, tanyanya. “gitu aja yah teh, sebagai seorang wanita, kita ngga boleh jadi orang yang lemah. Kita harus kuat, karena kita nantinya akan menjadi seorang pemimpin di rumah kita, bagi anak-anak kita nantinya.” Jawabku sekenanya, menurut apa yang aku dengar tadi. Karena kebetulan, aku ikut seminar itu juga untuk mengisi kekosongan jadwalku saja, dosen berhalangan hadir, sedang andi masih lama lagi menjemputku. “benar sekali. Menurut hani sendiri, wanita yang kuat itu yang kaya gimana?” “wanita yang kuat itu tidak cengeng”, jawabku sekenanya lagi." Ia pun menanggapi jawabanku dengan uraian yang panjang . dari semua tanggapannya atas jawabanku, ada satu kalimat yang begitu membuataku kaget, karena aku belum pernah tahu sebelumnya. “han, benar memang wanita yang kuat adalah wanita yang tidak mudah menangis’, jawabnya lembut. “namun selain dari itu, wanita yang kuat adalah wanta yang bisa menjaga dirinya dari perbuatan ma’siat yang dibenci oleh alloh. Juga wanita yang bisa menjaga sesuatu yang paling berharga di dirinya, yang hanya akan diberikan nanti setelah kita menikah dalam ikatan suci yang diridhoi oleh alloh, padanyalah hati dan raga kita esok kita curahkan.” “maksudnya?”, tanyaku meminta penjelasan. “maksudnya, gadis solehah yang selalu menjaga aurat juga hatinya. Dia tidak mengumbar keduanya sembarangan pada laki-laki. Hanya pada suaminya ia akan berikan semua itu.” “jadi orang yang pacaran itu lemah? Itu maksud teteh?”, tanyaku. “teteh ngga bilang kaya gitu. Hanya saja mereka belum kuat untuk menahan hawa nafsu mereka.” Kami ngobrol panjang lebar, hingga andi menjemputku tepat saat adzan maghrib berkumandang. Dari situlah aku mendapatkan tetes-tetes hidayah yang begitu sejuk bagai embun di pagi hari, yang tak pernah kutemukan sebelumnya. *** Esok harinya, setelah obrolan panjangku dengan teh airyn, aku merubah penampilanku seratus delapan puluh derajat. Aku kini mencoba untuk berpakaian anggun sepertinya. Biarpun awalnya memang begitu aneh dan tidak nyaman , juga andi yang bersikeras tidak setuju dengan penampilan baruku itu, namun aku tetap betahan. Selain itu juga, aku meminta hal yang sangat membuatnya terkejut. Dan itu semakin menambah ketidaksetujuanya pada penampilanku itu. Aku mengajukan permintaan itu seminggu setelah aku merubah penampilan. Hingga suatu hari, melihatku yang tetap tidak mau berubah kembali seperti semula, ia menghampiriku di lab saat sedang praktikum .“cher, kamu masih tetap teguh dengan pendirian kamu?”, tanyanya. “iya an, aku ngga akan bisa merubah keputusanku. Terserah kamu mau menrima atau tidak, tapi itulah kenyataanya.”, jawabku. “okelah kalau memang itu maumu dan bisa membuatmu bahagia. Aku ngga bakalan memaksa kamu. Tapi kamu harus tahu dan ingat selalu, aku ngga akan lelah buat mendapatkan dirimu meski apapun yang terjadi.”, jawabnya sambil meletakan sebuah bingkisan kecil di meja praktikku. “aku akan pergi satu bulan lagi, ayah memintaku unntuk melajutkan kuliahku di ausy semester depan.”, Lanjutnya. Ia pun pergi meninggalkan ruang praktikum. Aku hanya diam memandang punggungnya yang hilang dibelokan lirong sana. Sebuah bingkisan kecil tergeletak di depanku. Sebulan setelah peristiwa itu, aku tak pernah lagi berhubungan denganya. Tak ada kabar apapun tentangnya. Kami kehilangan kontak lagi. Mungkin karena kami sedang sibuk mengurus ujian akhir, hingga ia pun tak sempat untuk sekedar menyapaku lewat pesan singkat sekalipun. Seperti yang dilakukanya dulu saat kami masih punya hubungan special. Semingu setelah UAS berakhir, tak sengaja aku melihatnya berjalan bareng ka ilham, seniorku di organisasi baruku ini, LDM. Mereka berjalan keluar dari ruang sekretariat ikhwan. Setelah itu aku tak pernah menjumpainya lagi, baik di kampus ataupun di rumah. Hingga seminggu setelah aku melihatnya jalan bersama seniorku, satu pesan singkat masuk di layar inboxku, darinya. “assalamualaikum, hani gadis berpipi apel semerah chery, esok pagi aku akan berangkat ke ausy, seperti janjiku saat itu. Aku harap kamu dapat meridhoi kepergianku dengan setetes maaf darimu atas semua salah dan khilafku padamu selama ini. Izinkanlah aku untuk mencari secercah cahaya juga sepertimu agar aku bisa layak untuk menjadi imammu kelak, menjadi ayah dari anak-anakmu, dan kaupun sudi tuk jadi bidadariku di dunia dan akhirat. Maafkanlah semua salah dan khilafku. Maafkan aku yang tak bisa melenyapkan rasa cinta di hatiku ini padamu. Jadi kumohon, bersabarlah kau untukku. By pear.” Tak terasa butiran bening mengalir di kedua belah pipiku. “alaykumusalam. iya pear, aku akan setia menunggumu hingga kau berhasil memperoleh hidayah itu. Doa dan cintaku kan selalu menyertaimu juga. Awalilah langkahmu dengan menyebut asmanya, bismillah.”, jawabku mereply pesan singkatnya. Teringat aku akan bingkisan kecil yang belum sempat ku lihat isinya saat itu. Aku pun mengambilnya dari dalam laci, dan kubuka. Ternyata al-qur’an mini dengan warna gold. Begitu indah. Akupun memeluknya. “semoga ia berhasil mendapatkan hidayah itu dan bisa menjadi penerang dan pelengkap kehidupanku nanti seperti al-qur’an ini, petunjuk dan penerang umat muslim setelah sang rasul wafat.”, doaku dalam hati. Keesoka harinya, saat sedang menyebrang kekampus tak terduga olehku ada sebuah motor yang melaju sangat kencang, dan akupun tak bisa tuk menghindarinya. Aarrrrgggghhhhhhhh……..alohhuakbarrrr…. Tubuhku terpental. Aku merasakan pusing yang amat sangat di kepalaku. Kulihat bayangan putih menghampiriku, mengulurkan tanganya padaku. Akupun menerima uluran tangan itu. Terlintas satu wajah yang selama ini tak kunjung lelah menantiku, andi my pear. Aku pergi meninggalakan tubuhku yang berlumuran darah. Aku melihat orang-orang mengangkaktku ke dalam ambulance. Kulihat teh airyn berlari dengan terburu-buru kearahku. Namun aku tak bisa tuk meraihnya, dia tembus begitu saja melewatiku yang berdiri tepat di arah menuju ambulance, tempat tubuhku di baringkan. Aku tak bisa berbincang lagi denganya dan dengan orang-orang yang mengelilingi tubuhku. Aku sadar, malaikat tuhan telah menjemputku tuk menghadap kepadaNya. “pear, terimakasih kau telah mencurahkan cinta tulusmu itu untukku. Semoga kita bersatu esok disurga sebagai pasangan yang kekal dan abadi.”, ku titipkan pesan terakhirku pada angin yang berhembus sore itu. Akupun melangkah terus mengikuti bayangan putih itu. Selamat tinggal pear. Doa dan cintaku kan selalu menantimu hingga ke surga nanti. Love you…. Bandung, 21 mei 2011 Ma’had al-jami’ah UIN SGd bandung. By. Chaura aL haViny
Subscribe to:
Posts (Atom)