Saturday, June 18, 2011

agama menurut freud

Agama Menurut Sigmund Freud Freud menerapkan psikoanalisis dalam sastra, mitologi, pendidikan, dan agama. Dalam buku karyanya, the future of an illusion (1927), Freud menyatakan bahwa agama adalah “pemenuhan harapan”: harapan manusia yang tak berdaya untuk mendapatkan perlindungan didalam dunia asing. Untuk memperoleh keadilan di dalam masyarakat yang tidak adil, untuk hidup kekal dan mengetahui asal dan makna dunia. Ia percaya bahwa agama adalah “neurosis obsesional universal,” yang dasarnya, yang terletak pada “tabu” (“taboo” kata dasar Polinesia yang berarti hal yang dilarang). Pada dasarnya, upacara agama merupakan merupakan semacam tindakan neuritik, obsesif. Ada keinginan Oedipus untuk membunuh dan memangsa ayah. Oedipus adalah tokoh dalam mitologi Yunani, yang tanpa diketahuinya telah membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Freud yakin bahwa anak laki-laki pertama lekat pada ibunya dan melihat ayahnya sebagai saingan dalam memperoleh kasih ibu. Kemudian ia melukiskan “electra complex” untuk anak perempuan, tetapi ini tidak dikembangkan. Rasa takut dan cmemburu anak laki-laki terhadap ayahnya bercampur dengan rasa salah. Sebagai anak ia juga mempunyai rasa cinta terhadap ayahnya. Akibatnya, pengalaman awal seksual anak ditekan sampai remaja, sewaktu rasa itu muncul kembali karena perubahan fisik dalam tubuhnya. Maka bagi Freud, agama merupakan Oedipus complex-nya umat manusia. Ia percaya pada perkembangan sejarah yang melewati: • Animisme (memberi sifat religious kepada objek atau hewan) ke politeisme dan kemudian monoteisme. • Magis melalui agama ke sains. Berbagai macam agama, yang hanya merupakan bentuk-bentuk yang berkembang dari totemisme primitive, selalu menyajikan suatu ide tentang Allah, yang sebenarnya hanyalah ide sang ayah manusiawi. Dalam hari depan suatu ilusi, maka Freud menekankan dan menggeneralisasikan teori itu. Sang anak mencari perlindungan pada ayahnya. Orang dewasa, karena suatu perpanjangan infantile, menciptakan seorang ayah yang lebih kuat lagi dari pada manusia, demi untuk mengisi kekurangannya. Perasaan patuh dan iri hati anak terhadap ayah di berikan, pada usia dewasa, dengan peralihan, kepada totem. Apabila umat manusia telah mencapai kedewasaan psikologis, maka dengan sendirinya agama akan lenyap. Dalam ilmu ini, ada tiga dasar ilmu yaitu epistemology, ontologi dan aksiologi. a. Epistimologi Apakah agama itu? Menurut KBBI, agama itu adalah sebuah system kepercayaan kepada tuhan, dewa atau sebagainya. Dilhat dari sumber kajianya, agama ini adalah sebuah tuntunan dari tuhan agar kita bias bahagia di dunia dan akhirat. Kata agama ini berasal dari gabungan dua kata yakni “a” yang berarti tidak, dan “gama” yang berarti kacau. Jadi jika di satukan berarti tidak kacau, karena agama di sini selalu bertjuan untuk membawa umatnya menuju kebenaran. Sedangkan, menurut konsep freud di sini, agama adalah sebuah Oedipus kompleksnya seseorang, yang di sana adalah rasa takut seseorang sehingga mengharuskanya untuk berlindung pada satu hla atau benda yang di anggapnya mempunyai sesuatu yang lebih kuat dari diriny. Namun nantinya, jika ia telah mampu atau merasa kuat ia akan dengan sendirinya meninggalkan agama itu. Namun disini tunjuannya tetap sama, yaitu saat ia berlindung pada seseorang, hal atau benda yang mempunyai kekuatan labih besar dari dirinya, karena takut, di sana ia tetap bertujuan untuk mencari sebuah kebahagian dan ketenangan dalam hidupnya, hingga akhirnya ia beragama. Apakah yang menjadi dasar dan sumber dari agama? Dalam kehidupan umum seseorang, mereka semua beragama atas dasar kebutuhan mereka, karena di sana mereka mencari sebuah kebhagiaan yang dapat memuaskan kebutuhan nurani mereka. begitupun dalam konsep agama yang freud ungkapakan, ia beragama karena perasaan takut dan cemburunya pada ayah yang lebih kuat darinya, hingga ia harus meminta sebuah perlindungan dari ayahnya agar dirinya tetap bisa hidup di dunianya. Dan dalam agama, ayah itu di artikan sebagai tuhanya, yaitu suatu dzat yang lebih kuat dari diri kita yang bisa memberikan perlindungan pada kita. Jadi, pada akhirnya tetap sama, apa yang menjadi sumber dan dasar agama bagi setiap orang dan bagi freud adalah untuk mencari perlindungan pada satu dzat atau hal yang lebih kuat dari kita, agar kita bias hidup tenang di dunia dan akhirat. Apakah agama itu berasal dari pengamatan, pengalaman, atau akal budi? Dalam konsepnya ini, freud mengungkapkan bahwa ia mendapatkan sebuah keinginan beragama, karena setelah ia mengalami sendiri kehidupannya bersama keluarganya, ia menyaksikan bahwa ayahnya sebagai orang tua ternyata lebih kuat, hingga membuatnya khawatir bahwa ayahnya akan merebut perhatian ibunya darinya, karena saat itu ia merasa sebagai anak laki-laki, ia sanagt dekat dengan ibunya. Dari situlah ia mencoba untuk menutupi rasa cemburu dan bencinya pada ayahnya itu dengan cara berpura-pura berbakti pada ayahnya, karena saat itu ayahnyalah yang memegan kendai hidupnya, jadi dengan terpaka ia pun harus menurut pada ayahnya. Jadi di sini bahwa, agama itu di dapatkanya sendiri dari pengalaman pengalaman hidup yang di alaminya bersama keluaganya. Dan juga merupakan sebuah akal budi karena ia merasa sebagai anak, sehingga ia harus menghormati ayahnya sebagai orang tua, agar ia mendapat perlindungan. Apakah agama itu kebenaran yang pasti atau hanya sebuah dugaan? Dari konsepnya, dapat diketahui bahwa agama itu termasuk sebuah kebenaran yang pasti. Taerbukti dengan saat ia berpura-pura untuk mencintai dan mematuhi ayahnya, hidupnya terjamin dan baik-baik saja. Namun saat dirinya dewasa dan mampu melakukan segalanya sendiri, ia meninggalkan ayahnya itu dan meninggalakan kepatuhanya juga padanya. Begitupun agama, di sini saat kita beragama kita akan merasakan sebuah ketenangan hidup, karena kita mempunyai sebuah pelindung, yaitu tuhan. b. Ontology Isi dari landasan ontologism adalah objek apa yang sedang di telaah, dan bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut, hingga apa korelasi dari obbjek ini dengan daya tangkap manusia seperti berfikir, merasakan, melihat dan mendengarkan, sehingga bisa menghasilkan sebuah ilmu. Jadi, jika dari pembicaraan makalah ini, bahwasanya objek yang sedang di telaah adalah agama yang memang merupakan sebuah wujud rasa kepercayaan yang hakiki. Selain itu juga, agama di sini memang sanagt berkolerasi dengan manusia, karena di sini freud telah melakukan dan merasakan sendiri bagaimana agama itu, yang ia kaitkan dengan ketakutanya pada ayahnya. Dari sana juga menghasilkan sebuah ilmu yang kita tahu sekarang, seperti macam-macam teori psikoanalisis dari freud dan lain-lain. c. Aksiologis Landasan aksiologis di sini adalah bagaimana kegunaan dari agama itu bagi kehidupan manusia itu sendiri. Jadi, dari beberapa yang telah penulis coba uraikan, bahwasanya fungsi dari agama itu sendiri, yaitu untuk memberikan ketenangan pada manusia itu, karena dirinya telah merasa terlindugi oleh sesuatu yang di anggapnya lebih memiliki kekuatan lebh dari dirinya. Jadi, dari situ bahwa agama itu sebagai pelindung mereka, agar mereka bisa hidup bahagia di dunia dan akhirat.

0 comments:

Post a Comment

 
cHa's create. Template Design By: SkinCorner